BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pengertian
masalah menurut Hudojo (1990: 32) mengemukakan bahwa masalah sebagai pernyataan
kepada seseorang dimana orang tersebut tidak mempunyai aturan/hukum tertentu
yang segera dapat digunakan untuk menemukan jawaban dari pertanyaan
tersebut. Sedangkan Pendidikan menurut
Ibnu Muqaffa ( 106 H- 143 H) pengarang Kitab Kalilah dan Daminah
mengatakan bahwa Pendidikan itu ialah yang kita butuhkan untuk mendapatkan
sesuatu yang akan menguatkan semua indera kita seperti makanan dan minuman,
dengan yang lebih kita butuhkan untuk mencapai peradaban yang tinggi yang
merupakan santaan akal dan rohani. Adapun yang dimaksud dengan permasalahan
pendidikan adalah, permasalahan-permasalahan yang di hadapi oleh dunia
pendidikan. Permasalahan pendidikan tersebut menurut Burlian Somad secara garis
besar meliputi hal sebagai berikut : Adanya ketidak jelasan tujuan pendidikan,
ketidak serasian kurikulum, ketiadaan tenaga pendidik yang tepat dan cakap,
adanya pengukuran yang salah ukur serta terjadi kekaburan terhadap landasan
tingkat-tingkat pendidikan. Dua hal ini saling berkaitan, dimana masalah
pendidikan yang timbul akan mempengaruhi jalannya pendidikan itu sendiri.
Menurut
survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di
Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi Indonesia
berada di bawah Vietnam. Data yang dilaporkan The World Economic Forum Swedia
(2000), Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya menduduki urutan
ke-37 dari 57 negara yang disurvei di dunia. Dan masih menurut survai dari
lembaga yang sama Indonesia hanya berpredikat sebagai follower bukan sebagai
pemimpin teknologi dari 53 negara di dunia.
Hal ini
tentu saja sangat mengkhawatirkan bila pendidikan di Indonesia lama kelamaan
mengalami penurunan kualitas. Seiring dengan cepatnya arus globalisasi yang
terjadi, negara dituntut untuk siap masuk dalam arus ini. Globalisasi hamper
mempengaruhi semua aspek kehidupan, tidak terkecuali pendidikan. Karena
pendidikan merupakan salah satu faktor penting kemajuan sebuah negara. Dengan
pendidikan, sebuah negara dapat menciptakan sumber daya manusia yang unggul dan
memiliki kwalitas yang baik dan tidak kalah dengan negara lain. Namun
dikarenakan berbagai masalah yang timbul dalam pendidikan Indonesia, maka cita
cita bangsa ini seakan hanya menjadi mimpi. Masalah dalam pendidikan terbagi
menjadi : Makro, Messo dan Mikro.
Berbagai
macam masalah pendidikan yang ada di Indonesia antara lain : Tentang mutu
pendidikan, Pemerataan Pendidikan, Kualitas tenaga pendidikan kurang kompeten,
Sarana prasarana yang kurang memadai, dan lain lain. Padahal berbagai upaya
telah dilakukan untuk meminimalisir terjadinya masalah pendidikan di Indonesia.
Tapi sekali lagi, kurang adanya korelasi dan kerjasama yang baik dari berbagai
elemen yang terkait sehingga menyulitkan proses penyelesaian masalah yang
timbul. Juga banyak ditemukan tindakan tindakan criminal yang dilakukan oleh
oknum oknum pendidikan sendiri. Pemerintah sebagai pemegang kekuasaan tertinggi
di Indonesia harus bisa memperbaiki sistem pendidikan. Membangun hubungan yang
baik dengan berbagai komponen yang ada agar bersama sama dapat membangun
pendidikan Indonesia kea rah yang lebih baik. Kemudian pemerintah Indonesia
memberikan hukuman yang tegas terhadap semua oknum yang dinyatakan bersalah
atas masalah pendidikan yang ditimbulkannya.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa saja yang dimaksud masalah
pendidikan makro dan mikro ?
2.
Apa contoh masalah pendidikan makro
dan mikro yang terjadi Indonesia ?
3.
Hal apakah yang menjadi faktor
timbulnya masalah pendidikan di Indonesia?
4.
Bagaimana solusi untuk mengatasi
permasalah pendidikan yang timbul ?
5.
Apa program yang ditawarkan
pemerintah untuk memperbaiki kualitas pendidikan Indonesia ?
C.
Tujuan
1.
Mampu mendeskripsikan pengertian
masalah pendidikan makro dan mikro
2.
Mengetahui apa yang tergolong
masalah pendidikan makro dan mikro di Indonesia
3.
Mengidentifikasi faktor yang menjadi
penyebab timbulnya masalah pendidikan
4.
Mampu memberikan solusi tentang
bpenyelesaian masalah pendidikan
5.
Mengetahui enam program prioritas
pendidikan 2014 yang dijalankan oleh pemerintah.
D.
Manfaat
1.
Dengan mampu mendeskripsikan masalah
pendidikan yang bersifat makro dan mikro, maka diharapkan mampu membedakan
keduanya.
2. Mengetahui
masalah - masalah makro maupun mikro yang terjadi di Indonesia dengan harapan
ikut berpartisipati dalam upaya penanggulangannya.
3. Dengan
mengidentifikasi faktor yang menjadi sumber permasalahan pendidikan di
Indonesia, mampu menyusun sebuah kerangka pemecahan masalah maupun solusi dari permasalahan pendidikan di
Indonesia.
4. Dengan
memberikan solusi diharapkan dapat menyelesaiakan ataupun meminimalisir timbulnya masalah
pendidikan.
5. Dengan
mengetahui upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan
penyelesaian masalah pendidikan diharapkan mampu mengetahui peran pemerintah
dalam pendidikan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Masalah Pendidikan Makro dan Mikro
1. Permasalahan
Pendidikan Makro
Merupakan permasalah pendidikan yang
timbul dalam lingkup wilayah yang
besar, dapat berskala nasional. Masalah yang timbul biasanya mempengaruhi
penyelenggaraan pendidikan nasional.
B. Masalah
Pendidikan di Indonesia
1. Bersifat
Makro
·
Masalah
Pemerataan Pendidikan
Dalam
melaksanakan fungsinya sebagai wahana untuk memanjakan bangsa dan kebudayaan
nasional, pendidikan nasional diharapkan dapat menyediakan kesempatan yang
seluas-luasnya bagi seluruh warga Negara Indonesia untuk memperoleh pendidikan.
Masalah
pemerataan pendidikan adalah persoalan bagaiman sistem pendidikan dapat menyediakan
kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh warga Negara untuk memperoleh
pendidikan, sehingga pendidikan itu menjadi wahana bagi pembanguana sumber daya
manusia untuk menunjang pembangunan.
Masalah
pemerataan pendidikan timbul apabila masih banyak warga Negara khususnya anak
usia sekolah yang tidak dapat di tampung dalam sistem atau lembaga pendidikan
karena kurangnya fasilita pendidikan yang tersedia. Pada masa awalnya, di tanah
air kita Undang-Undang No 4 tahun 1950 sebagai dasar-dasar pendidikan dan
pengajaran di sekolah. Pada bab XI pasal 17 berbunyi: “Tiap-tiap warga
Negara republik Indonesia mempunyai hak yang sama diterima menjadi murid suatu
sekolah jika syarat-syarat yang ditetapkan untuk pendidikan dan pengajaarn pada
sekolah itu dipenuhi”.
Selanjutnya
dalam kaitannya dengan wajib belajar Bab VI pasal 10 ayat 1 menyatakan: ”semua
anak yang berumur 6 tahun berhak dan yang sudah berumur 8 tahun diwajibkan
belajar di sekolah, sedikitnya 6 tahun “ ayat 2 menyatakan: “belajar di sekolah
agama yang telah mendapat pengakuan dari menteri agama yang dianggap telah
memenuhi kewajiban belajar.
Landasan
yuridis pemerataan pendidika tersebut penting sekali artinya, sebagai landasan
pelaksanaan upaya pemerataan pendidikan guna mengejar ketinggalan kita sebagai
akibat penjajahan.
Masalah
pemerataan memperoleh pendidikan dipandang penting sebab jika anak-anak usia
sekolah memperoleh kesempatan belajar pada SD, maka mereka memiliki bekal dasar
berupa kemampuan membaca, menulis, dan berhitung sehingga mereka dapat
mengikuti perkembangan kemajauan melalui berbagai media massa dan sumber
belajar yang tersedia baik mereka itu nantinya berperan sebagai produsen maupun
konsumen. Dengan demikian mereka tidak terbelakang dan menjadi penghambat
pembangunan.
Oleh karena
itu, dengan melihat tujuan yang terkandung di dalam upaya pemerataan pendidikan
tersebut yaitu menyiapkan masyarakat untuk dapat berpatisipasi dalam
pembangunan, maka setelah upaya pemerataan pendidikan terpenuhi, mulai
diperhatikan juga upaya pemerataan mutu pendidikan. Hal ini akan dibicarakan
pada butir tentang masalah mutu pendidikan.
Khusus
pendidikan formal atau pendidikan persekolahan yang berjenjang dan tiap-tiap
jenjang memiliki fungsinya masing-masing maupun kebijaksanaan memperoleh kesempatan
pendidikan pada tiap jenjang itu diatur dengan memperhitungkan faktor-faktor
kuantitatif dan kualitatif serta relevansi yang selalu ditentukan proyeksinya
secara terus menerus dengan saksama.
Pada jenjang
pendidikan dasar, kebijaksanaan penyediaan memperoleh kesempatan pendidikan
didasarkan atas pertimbangan faktor kuantitatif, karena kepada seluruh warga
Negara perlu di berikan bekal dasar yang sama. Pada jenjang pendidikan menengah
dan terutama pada jenjang pendidikan yang tinggi, kebijakan pemertaan
didasarkan atas pertimbangan kualitatif dan relevansi, yaitu minat dan
kemampuan anak, keperluan, tenaga kerja, dan keperluan pengembangan masyarakat,
kebudayaan, ilmu, dan tekonologi. Agar tercapai keseimbangan antara
faktor minat dengan kesempatan memperoleh pendidikan, perlu diadakan penerangan
yang seluas-luasnya mengenai bidang-bidang pekerjaan dan keahlian dan
persyaratannya yang dibutuhkan dalam pembangunan utamanya bagi bidang-bidang
yang baru dan langka.
Perkembangan
upaya pemerataan pendidikan berlangsung terus menerus dari pelita ke
pelita. Didalam Undang-Undang No.2 tahun 1989 tengtang sistem pendidikan
nasional III tentang hak warga Negara untuk memperoleh pendidikan, pasal 5
menyatakan: ”setiap warga Negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh
pendidikan”. Bahkan dalam pasal 7 mengenai hak telah di tegaskan sebagai
berikut: “penerimaan seorang peserta didik dalam suatu satuan pendidikan
diselenggarakan dengan tidak membedakan jenis kelamin, agama, suku, ras,
kedudukan sosial, dan tingkat kemampuan ekonomi, dan dengan tetap mengindahkan
kekhususan satuan pendidikan yang bersangkutan.
Perkembangan
iptek menawarkan beraneka ragam alternatif model pendidikan yang dapat
memperluas pelayanan kesempatan belajar. Dilihat dari segi waktu belajarnya
bervariasi dari beberapa jam, hari, minggu, bulan, sampai tahunan, melalui
proses tatap muka sampai pada lingkungan alam yang dapat mendung.
·
Masalah
Mutu Pendidikan
Mutu
pendidikan dipermasalahkan jika hasil pendidikan belum mencapai taraf seperti
yang diharapkan. Penetapan mutu hasil pendidikan pertama dilakukan oleh lembaga
penghasil sebagai produsen tenagan terhadap calon luaran, dengan sistem
sertifikasi. Selanjutnya jika luaran tesebut terjun kelapangan kerja penilaian
dilakukan oleh lembaga pemakai sebagai konsumen tenaga dengan sistem tes unjuk
kerja. Lazimnya masih dilakukan pelatihan dan pemagangan bagi calon untuk
penyesuaian dengan tuntutan persyaratan kerja dilapangan, dan berkarya.
Jadi mutu
pendidikan pada akhirnya dilihat pada kualitas keluaranya. Jika tujuan
pendidikan nasioanl dijadikan kriteria, maka pertanyaanya adalah: apakah
keluaran dari sistem pendidikan menjadikan pribadi yang bertakwa, mandiri,
anggota masyarakat yang sosial yang bertanggung jawab. Dengan kata lain
keluaran ini mewujudkan diri sebagai manusia-manusia pembangunan yang dapat
membangun dirinya dan membangun lingkungannya. Kualitas luaran seperti tersebut
adalah nurturant effect. Meskipun disadari bahwa hakikatnya produk dengan
ciri-ciri seperti itu tidak semata-mata hasil dari sistem pendidikan itu
sendiri. Yang menjadi persoalan ialah bahwa cara pengukuran mutu produk
tersebut tidak mudah. Dan pada umumnya hanya dengan mengasosiasikan dengan
hasil belajar yang sering dikenal dengan EBTA atau hasil sipenmaru.
Padahal hasil
belajar yang bermutu hanya mungkin dicapai melalui proses belajar yang bermutu.
Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil
belajar yang bermutu. Jika tidak terjadi belajar secara optimal akan
menghasilkan skor hasil ujian yang baik maka hampir dapat dipastikan bahwa
hasil belajar tersebut adalah semu. Berarti pokok permasalahan mutu pendidikan
lebih terletah pada masalah pemprosesan pendidikan. Selanjutnya kelancara
pemprosesan pendidikan ditunjang oleh komponen pendidikan yang terdiri dari
peserta didik, tenaga kependidikan, kurikulum, sarana pembelajaran, dan juga
masyarakat sekitar.
Masalah mutu
pendidikan juga mencakup masalah pemerataan mutu, didalam Tap MPR RI tentang
GBHN dinyatakan bahwa titik berat pembanguan pendidikan diletakkan pada
peningkatan mutu setiap jenjang dan jenis pendidikan, dan dalam rangka
peningkatan mutu pendidikan khususnya untuk memacu untuk penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi perlu lebih disempurnakan dan ditingkatkan pengajaran
ilmu pengetahuan alam dan matematika. Umumnya pendidikan di seluruh tanah air
pada umumnya menunjukkan daerah pedesaan lebih rendah dari daerah perkotaa.
2.
Bersifat Mikro
·
Rendahnya kualitas guru
Guru merupakan sosok yang penting dalam pendidikan.
Guru membimbing dan mendidik murid murid untuk menyiapkannya di masa depan dan
menjadi tumpuan negara. Tapi bagaimana
bila sosok guru ini tidak memiliki kualitas dan kompetensi yang baik dalam
mendidik. Tentu saja hal ini sangat merugikan, karena bila tenaga pengajarnya
tidak memiliki kualitas yang baik maka akan mempersulit peserta didik untuk
belajar dengan optimal. Padahal berbagai upaya telah dilakukan pemerintah guna
meningkatkan kualitas guru Indonesia, seperti : sertifikasi, PLPG, dll. Namun
kenyataannya semua program yang dijalankan pemerintah tidak serta merta
berhasil menciptakan guru yang berkualitas. Misalnya :
1)
masih banyak guru yang belum bisa
mengoprasikan computer
2)
belum bisa menyusun RPP dan Silabus
dengan baik, dll
·
Bullying
Bullying
berasal dari bahasa Inggris (bully) yang berarti menggertak atau mengganggu.
Banyak definisi tentang bullying ini, terutama yang terjadi dalam konteks lain
( tempat kerja, masyrakat. komunitas virtual), namun penulis akan membatasi
dalam school bullying. Riauskina, Djuwita, dan Soesetio (2001) mendefinisikan
school bullying sebagai perilaku agresif kekuasaan terhadap siswa yang
dilakukan berulang-ulang oleh seorang/kelompok siswa yang memiliki kekuasaan,
terhadap siswa lain yang lebih lemah dengan tujuan menyakiti orang tersebut.
Banyak
sekali faktor penyebab mengapa seseorang berbuat bullying. Pada
umumnya
orang melakukann bullying karena merasa tertekan, terancam,terhina,dendam dan
sebagainya. Bullying disebabkan oleh korban dari keadaan lingkungan yang
membentuk kepribaiannya menjadi agresif dan kurang mampu mengendalikan emosi
misalnya lingkungan rumah/keluarga yang tidak harmonis yaitu sering terjadi
pertengkaran antara suami istri yang dilakuakn di depan anakanak, atau sering
terjadi tindak kekerasan yang dilakukan orang tua terhadap anaknya,anak yang
terlalu dikekang atau serba dilarang atau anak yang diakukan permisif.
Beberapa dampak fisik yang biasanya timbul
adalah sakit kepala, sakit
tenggorokan,
flu, bibir pecah-pecah dan sakit dada Dampak psikologis yaitu menurunnya
kesejahteraan psikologis (psychological well-beeing). Dari penelitian Riauskima
dkk mengemukakan ketika mengalami bullying korban merasakan banyak emosi
negatif seperti marah, dendam, kesal, tertekan,takut, malu dan sedih).Yang
paling ekstrim dari dampak psikologis ini adalah kemungkinan untuk timbulnya
gangguan psikologis pada korban bullying seperti rasa cemas berlebihan, selalu
merasa takut, depresi, ingin bunuh diri dan gejala-gejala gangguan stres pasca
trauma (post trumatic stress disoder). Anak yang menjadi korban bullying atau
tindakan kekerasan fisik, verbal ataupun psikologis di sekolah akan mengalami
trauma besar dan depresi yang akhirnya bisa menyebabkan gangguan mental di masa
yang akan datang.
Gejala-gejala
kelainan mental yang biasanya muncul pada masa kanak-kanak
secara
umum terbukti anak tumbuh menjadi orang yang pencemas, sulit berko
sentrasi,
mudah gugup dan takut, hingga tak bisa bicara.
Beberapa
hal yang menjadi tanda-tanda anak korban bullying :
Ø Kesulitan
dalam bergaul
Ø Measa
takut datang ke sekolah sehingga sering bolos
Ø Ketinggalan
pelajaran
Ø Mengalam
keulitan berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran
Ø
Kesehatan fisik dan
mental (jangka pendek/jangka panjang) akan terpengaruh
C.
Faktor faktor yang menyebabkan
masalah pendidikan
Permasalahan
pokok pendidikan sebagaimana telah diutarakan diatas merupakan masalah
pembangunan mikro, yaitu masalah-masalah yang berlangsung di dalam sistem
pendidikan sendiri. Masalah mikro tersebut berkaitan dengan masalah makro
pembangunan, yaitu masalah di luar sistem pendidikan, sehingga harus
diperhitungkan dalam memecahkan masalah mikro pendidikan. Masalah makro ini
meliputi masalah perkembangan internasional, masalah demografi, masalah
politik, ekonomi, dan sosial budaya, serta masalah perkembangan regional.
Masalah-masalah makro yang merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi
berkembangnya masalah pendidikan, yaitu:
1. Perkembangan Iptek Dan Seni
Perkembangan Iptek
Terdapat
hubungan yang erat antara pendidikan dan iptek (ilmu pengetahuan dan
teknologi). Ilmu pengetahuan merupakan hasil eksplorasi secara sistem dan
terorganisasi mengenai alam semesta , dan teknologi adalah penerapan yang
direncanakan dari ilmu pengetahuan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat.
Sebagai contoh hubungan antara pendidikan dan iptek, misalnya sering suatu
teknologi baru yang digunakan suatu proses produksi menimbulkan kondisi ekonomi
sosial baru lantaran perubahan persyaratan kerj, dan mungkin juga penguraian
jumlahtenaga kerja atau jam kerja, kebutuhan bahan-bahan baru, sistem pelayanan
baru, sampai pada berkembangnya gaya hidup baru, kondisi tersebut minimal bisa
mempengaruhi perubahan isi pendidikan dan metodenya, bahkan mungkin rumusan
baru tunjangan pendidikan, otomatis juga sarana sarana penunjangnya seperti
sarana laboratorium dan ketenangan. Semua perubahan tersebut tentu juga membaw
masalah dalam skala nasional yang tidak sedikit memakan biaya. Contoh di atas
memberikan gambaran pengaruh tidak langsung iptek terhadap sistem pendidikan.
Di samping pengaruh tidak langsung juga banyak pengaruh yang langsung dalam
sistem pendidikan dalam bentuk berbagai macam inovasi atau pembaruan dengan
aksentuasi tujuan yang bermacam-macam pula. Ada yang bertujuan untuk mengatasi kekurangan
guru dan gedung sekolah seperti sistem Pamong dan SMP terbuka, pengadaan guru
relatif cepat seperti dengan program diploma, perlindungan terhadap profesi
guru seperti program akta mengajar. Hampir setiap inovasi mengundang masalah. Pertama,
karena belum ada jaminan bahwa inovasi itu pasti membawa hasil. Kedua, pada
dasarnya orang merasa ragu dan gusar jika menghadapi hal baru. Masalahnya ialah
bagaimana cara memperkenalkan suatu inovasi agar orang menerimanya. Setiap
inovasi mengandung dua aspek yaitu aspek konsepsional (memuat ide, cita-cita,
dan prinsip-prinsip) dan aspek struktur operasional (teknik pelaksanaannya).
Perkembangan Seni
Kesenian
merupakan aktivitas berkreasi manusia, secara individual ataupun kelompok yang
menghasilkan sesuatu yamg indah. Melalui kesenian manusia dapat menyalurkan
dorongan berkreasi (mencipta) yang bersifat orisinil (bukan tiruan) dan
dorongan spontanitas dalam menemukan keindahan. Dilihat dari segi tujuan
pendidikan yaitu terbentuknya manusia seutuhnya, aktivitas kesenian mempunyai
andil yang besar karena dapat mengisi pengembangan dominan afektif khususnya
emosi yang positif dan konstruktif serta keterampilan disamping domain kognitif
yang sudah digarap melalui program /bidang studi yang lain. Dilihat dari segi lapangan
kerja, dewasa ini dunia seni dengan segenap cabangnya telah mengalami
perkembangan pesat dan semakin mendapat tempat dalam kehidupan masyarakat.
2. Laju Pertumbuhan Penduduk.
Masalah
kependudukan dan kependidikan bersumber pada 2 hal, yaitu:
Pertambahan Penduduk.
Dengan
bertambahnya jumlah penduduk maka penyediaan prasarana dan sarana pendidikan
beserta komponen penunjang terselenggaranya pendidikan harus di tambah. Dan ini
berarti beban pembangunan nasional menjadi bertambah.
Pertumbuhan
penduduk yang dibarengi dengan meningkatnya usia rata-rata dan penurunan angka
kematian, mengakibatkan berubahnya struktur kependudukan, yaitu proporsi
penduduk usia sekolah dasar menurun, sedangkan proporsi penduduk usia sekolah
lanjutan, angkatan kerja, dan penduduk usia tua meningkat berkat kemajuan
bidang gizi dan kesehatan. Dengan demikian terjadi pergesaran permintaan akan
fasilitas pendidikan, yaitu untuk sekolah lanjutan cenderung lebih meningkat
dibanding dengan permintaan akan fasilitas sekolah dasar. Sebagai akibat
lanjutan, permintaan untuk lanjutan keperguruan tinggi juga meningkat, khusus
untuk penduduk usia tua yang jumlahnya meningkat perlu disediakan pendidikan
non formal.
Penyebaran Penduduk
Penyebaran
penduduk diseluruh pelosok tanah air tidak merata. Ada daerah yang padat
penduduk, terutama di kota-kota besar dan daerah yang penduduknya jarang yaitu
daerah pedalaman khususnya di daerah terpencil yangberlokasi di pegunungan dan
di pulau-pulau. Sebaran penduduk seperti digambarkan itu menimbulkan kesulitan
dalam penyediaan sarana pendidikan. Sebagai contoh adalah dibangunya SD kecil
untuk melayani kebutuhan akan pendidikan di daerah terpencil pada pelita V, di
samping SD yang reguler. Belum lagi kesulitan dalam hal penyediaan dan
penempatan guru.
3. Aspirasi Masyarakat
Dalam dua
dasa warsa terakhir ini aspirasi masyarakat dalam banyak hal meningkat,
khususnya aspirasi terhadap pendidikan hidup yang sehat, aspirasi
terhadap pekerjaan, kesemuanya ini mempengaruhi peningkatan aspirasi terhadap
pendidikan. Pendidikan dianggap memberi jaminan bagi peningkatan taraf hidup
dan pendakian ditangga sosial. Gejala yang timbul ialah membanjirnya
pelamar pada sekolah-sekolah. Arus pelajar menjadi meningkat. Di kota-kota , di
samping pendidikan formal mulai bermunculan beraneka ragam pendidikan
nonformal. Beberapa hal yang tidak dikehendaki antara lain ialah seleksi
penerimaan siswa pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan menjadi kurang
objektif, jumlah murid dan siswa perkelas melebihi yang semestinya, jumlah
kelas setiap sekolah membengkak , diadakannya kesempatan belajar bergilir pagi
dan sore dengan pengurangan jam belajar, kurang sarana belajar, kekurangan
guru, dan seterusnya. Keterbelakangan budaya adalah istilah yang diberikan oleh
sekelompok masyarakat (yang menganggap dirinya sudah maju) kepada masyarakat
lain pendukung suatu budaya . bagi masyarakat pendukung budaya, kebudayaannya
pasti dipandang sebagai sesuatu yang bernilai dan baik.
4. Keterbelakangan Budaya Dan Sarana
Kehidupan.
Keterbelakangan
budaya adalah istilah yang diberikan oleh sekelompok masyarakat (yang
menganggap dirinya sudah maju) kepada masyarakat lain pendukung suatu budaya.
Bagi masyarakat pendukung budaya, kebudayaannya pasti dipandang sebagai sesuatu
yang bernilai dan baik. Sesungguhnya tidak ada kebudayaan yang secara mutlak
statis, apalagi mandeg, tidak mengalami perubahan. Sekurang-kurangnya bagian
unsur-unsurnya yang berubah jika tidak seluruhnya secara utuh. Perubahan
kebudayaan terjadi karena ada penemuan baru dari luar maupun dari dalam
lingkungan masyarakat sendiri. Kebudayaan baru itu baik bersifat material
seoerti peralatan-peralatan pertanian, rumah tangga, transportasi,
telekomunikasi, dan yang bersifat non matreial seperti paham atau konsep baru
tentang keluarga berencana, budaya menabung, penghargaan terhadap waktu, dan
lain-lain. Keterbelakangan budaya terjadi karena:
a)
Letak geografis tempat tinggal suatu masyarakat (misal terpencil)
b)
Penolakan masyarakat terhadap datangnya unsur budata baru karena tidak dipahami
atau karena dikhawatirkan akan merusak sendik masyarakat.
c)
Ketidakmampuan masyarakat secara ekonomis menyangkut unsur kebudayaan tersebut.
Sehubungan
dengan faktor penyebab terjadinya keterbelakangan budaya umumnya dialami oleh:
a)
Masyarakat daerah terpencil.
b)
Masyarakat yang tidak mampu secara ekonomis.
c)
Masyarakat yang kurang terdidik.
Yang menjadi
masalah ialah bahwa kelompok masyarakat yang terbelakang budayanya tidak ikut
berperan serta dalam pembangunanmsebab mereka kurang memiliki dorongan untuk
maju. Jadi inti permasalahannya ialah menyadarkan mereka akan
ketertinggalannya, dan bagaimana cara menyediakan sarana kehidupan, dan
bagaimana sistem pendidikan dapat melibatkan mereka. Jika sistem pendidikan
dapat menggapai masyarakat terbelakang kebudayaanya berarti melibatkan mereka
untuk berperan serta dalam pembangunan.
D.
Solusi untuk menangani masalah
pendidikan di Indonesia
1.
Solusi
Masalah Pemerataan Pendidikan
Banyak
macam pemecahan masalah yang telah dan sedang dilakukan oleh pemerintah
untuk meningkatkan pendidikan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
langkah-langkah ditempuh melalui cara konvesional dan cara inovatif.
Cara
konvesional antara lain:
a)
Membangun gedung sekolah seperti SD inpres dan atau ruangan belajar.
b)
Menggunakan gedung sekolah untuk double shift (sistem bergantian pagi dan
sore).
Sehubungan
dengan itu yang perlu digalakkan, utamanya untuk pendidikan dasar ialah
membangkitkan kemauan belajar bagi masyarakat yang kurang mampu agar mau
menyekolahkan anaknya.
Cara
Inovatif antara lain:
Sistem
pamong (pendidikan oleh masyarakat, orang tua, dan guru) atau inpact sistem,
sistem tersebut dirintis di solo dan didiseminasikan ke beberapa provinsi.
a)
SD kecil pada daerah terpencil
b)
Sistem guru kunjung
c)
SMP terbuka
d)
Kejar paket A dan b
e)
Belajar jarak jauh, seperti di universitas terbuka.
2.
Solusi Masalah Mutu
Meskipun
untuk tiap-tiap jenis dan jenjang pendidikan masing-masing memiliki kekhususan,
namun pada dasarnya pemecahan masalah mutu pendidikan bersasaran pada
perbaikkan kualitas komponen pendidikan serta mobilitas komponen-komponen
tersebut. Upaya tersebut pada gilirannya diharapkan dapat meningkatkan kualitas
proses pendidikan dan pengalaman belajar peserta didik, dan menghasilkan hasil
pendidikan.
Upaya
pemecahan masalah masalah mutu pendidikan dalam garis besarnya meliputi hal-hal
yang bersifat sebagai fisik dan lunak, personalia, dan manajemen. Sebagai
berikut:
a)
Seleksi yang lebih rasional terhadap masukan mentah, khususnay untuk Slta dan
PT.
b)
Pengembanagn kemanpuan tenaga kependidikan melalui studi lanjut.
c)
Penyempurnaaan kurikulum
d)
Pengembanagan prasarana yang menciptakan lingkungan yang tenteram untuk belajar
e)
Penyempurnaan sarana belajar seperti buku paket, media pembelajaran
f)
Peningkatan adminisrasi manajemen khususnya yang mengenai anggaran
g)
Kegiatan pengendalian mutu.
h) Sosialisasi tentang pentingnya pendidikan
i) Peran serta aktif masyarakat untuk
meningkatkan mutu pendidikan
3. Solusi masalah rendahnya kualitas guru
Untuk mengatasi masalah
kesejahteraan guru dan kualitasnya, di samping diberi solusi peningkatan
kesejahteraan, juga diberi solusi dengan membiayai guru melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi, dan memberikan berbagai pelatihan untuk
meningkatkan kualitas guru.
Untuk meningkatkan kesejahteraan
guru pemerintah telah menetapkan Permen Diknas No 18 tahun 2007 tentang
Sertifikasi guru dalam jaban dilaksanakan melalui Uji Kompetensi untuk
memperoleh srtifikat pendidik melalui penilaian Portofolio yang terdiri dari 10
komponen , mereka yng telah lulus maka akan diberi tunjangan sebesar gaji pokok
yang diterimanya.
Pemerintah sangat memperhatikan di
bidang pendidikan sehingga tiap tahun Anggaran Pendidikan selalu naik demi
tercapainya Tujuan Pendidikan Nasional yaitu : Menciptakan peserta didik yang
beriman , bertaqwa, berakhlaqul karimah, cerdas , terampil dan mandiri
dengan ditunjang bidang sarana dan sarana pendidikan.
Bagi guru yang tidak bisa menikmati
uang gajinya karena minus , maka perlu diadakan pembinaan secara langsung tatap
muka dan diberi arahan – arahan untuk mensejahterakan kehidupannya. Selaku
Kepala Sekolah perlu memberikan masukan – masukan untuk dijadikan bahan dalam
hidupnya , kalau masih memungkinkan bisa diberi rujukan untuk meminjam ke pihak
lain seperti Ke Bank, Koperasi tetapi juga harus dipertimbangkan dan
memperhatikan sisa gaji yang diterimanya Jika gajinya tidak memungkinkan maka
harus berusaha untuk menjual sebagian harta bendanya untuk menutupi utang utang
ke pihak lain dan untuk penanaman modal usaha agar bisa berwiraswasta.
4. Bullying
Pencegahan agar anak
tidak menjadi pelaku bullying, Clara menghimbau para orang tua untuk
mengembangkan kecerdasan emosional anak sejak dini. Ajarkan anak untuk memliki
rasa empati, menghargai orang lain, dan menyadarkan sang anak bahwa dirinya
adalah mahluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Menurut
Ratna mendesak pemerintah agar memiliki program yang tegas, jelas dan terarah,
kalau kita diam saja, maka itu sama saja dengan melegalkan tradisi dendam di
sekolah tersebut. Dan merupakan bahaya laten yang akan kerap menghantui para
siswa sekolah, baik pada generasi ini, dan pada generasi mendatang.
Untuk
mengatasi dan mencegah masalah bullying diperlukan kebijakan yang bersifat
menyeluruh di sekolah, sebuah kebijakan yang melibatkan komponen dari guru
sampai siswa, dari kepala sekolah sampai orang tua murid , kerja sama antara
guru,orang tua dan masyarakat atau pihak lain yang terkait seperti kepolisian,
aparat hukum dan sebagainya. sangat diperlukan dalam menangani masalah ini.
Peran orang tua di rumah harus mampu menciptakan komunikasi yang baik dengan
anak-anak dan membekali anak dengan pemahaman agama yang cukup dan menanamkan
ahlakul karimah yang selalu dilaksanakan di lingkungan rumah, karena anak akan
selalu meniru perilaku orangtua. Pemberian teladan kepada anak akan lebih baik
dari memberi nasihat. Salah satu cara yang bisa dilakukan oleh sekolah ialah
membuat sebuah program anti bullying di sekolah. Meurut Huneck yang juga ahli
intervensi bullying yang bekerja di Jakarta International School bullying akan
terus terjadi di sekolah-sekolah, apabila orang dewasa tidak dapat membina
hubungan saling pecaya dengan siswa, tidak menyadari tingkah laku yang masuk
tindakan bullying, tidak menyadari luka yang disebabkan oleh bullying, tidak
menyadari dampak bullying yang merusak kegiatan belajar siswa, serta tida ada
campur tangan secara efektif dari sekolah.
Adapun kegunaan dari program serta
kegiatan anti bully di sekolah antara lain:
Ø Menanamkan
pengertian bahwa rasa aman adalah hak dan milik semua orang
Ø Menyadarkan
semua orang di sekolah bahwa tindakan bullying dalam bentuk apapun tidak dapat
ditolelir
Ø Membekali
siswa untuk membuat keputusan
Ø Membantu
siswa membentuk lingkaran orang yang mereka percayai
Kegiatan yang bisa dilakukan selama
program ini antara lain;
1).
Brainstorming dan diskusi
2).
Kegiatan menggunakan lembar kerja
3).
Membaca buku cerita yang berhubungan dengan bullying
4).
Membuat gambar, kolase, poster mengenai pencegahan bullying
5).
Bermain drama
6).
Berbagi cerita dengan orang tua di rumah
7).
Menulis puisi
8).
Menyanyikan lagu antu bullying dengan lyrik yang sudah di rubah dari lagu
populer
9).
Bermain teater boneka
Beberapa tips untuk mencegah terjadinya
bullying, yaitu :
1).
Berikan mereka alternatif komunitas yang mengakuinya Pada dasarnya setiap
manusia membutuhkan pengakuan atas keberadaan dirinya, terlebih pada usia remaja
yang sedang dalam masa transisi dan krisis identitas, para remaja lebih senang
berkumpul dengan teman-teman sebaya yang menurutnya lebih bisa menerima dan
senasib dan sepnanggungan. Oleh karena itu kewajiban kita untuk memberikan
alternatif komunitas yang positif dan tetap memenuhi kriteria penerimaan
identitas para remaja, misalnya buat perkumplan pecinta alam atau wira usaha
yang sesuai dengan keiginannya. Membuat kelompok band, atau kelompok keenian
dan sebagainya.
2).
Putus mata rantai pelaku dan budaya bullying Biasanya budaya bullying
diwariskandengan sistem kaderisasi yang kuat, motivasi senioritas adalah faktor
yang terkuatnya. Untuk menghindari gejala tersebut sebaiknya bimbinglah para
remaja dengan cara mengadakan kegiatan bersama antara generasi tersebut maupun
alumninya dan buatlah suatu ikatan supaya terbentuk jalinan. Persaudaraan yang
akan melahirkan kesadaran bahwa senior harus membimbing dan para junior harus
menghormati seniornya.
3).
Ajarkan cara mengantisipasi kekerasan bukan melakukannya Latihan bela diri
misalnya merupakan salah satu alternatif pembentukan mental spiritual dan
jasmani yang kuat ,
4).
Tingkatkan kepedulian lingkungan sosial untuk mencegah praktek bullying Sudah
waktunya masyarakat ikut peduli dan melakukan pencegahan atas praktek bullying
yang terjadi di lingkungannya
5).
Dukung gerakan diet siaran televise Batasi anak-anak dan remaja menonton
televisi, karena kompensinya setidaknya
disediakan fasilitas untuk olah raga, kesenian, membaca dan sebagainya.
E.
Enam Program Prioritas Pendidikan
2014
Indonesia
memprioritaskan enam program utama di tahun 2014 pada sektor pendidikan, dalam
rangka mengakselerasi pembangunan sumber daya manusia (SDM), sekaligus
memanfaatkan bonus demografi dan momentum 100 tahun Indonesia merdeka. Keenam
program tersebut yaitu Pendidikan Menengah Universal (PMU), Kurikulum 2013,
peningkatan kualitas guru, rehabilitasi dan sarana prasarana, afirmasi daerah
3T, serta Bantuan Siswa Miskin (BSM) dan Bidikmisi.
Hal tersebut disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Jumat (16/8) kemarin di depan sidang bersama DPR-RI dan DPD-RI di Gedung MPR/DPR RI Jakarta dalam rangka HUT ke-68 Proklamasi Kemerdekaan RI. Untuk mendukung program-program prioritas tersebut, menurut Presiden, anggaran pendidikan ditingkatkan 7,5%, dari Rp. 345,3 triliun tahun ini menjadi Rp. 371,2 triliun di tahun 2014. Namun angka tersebut masih dimungkinkan mengalami perubahan, karena masih bersifat rancangan undang-undang (RUU).
Hal tersebut disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Jumat (16/8) kemarin di depan sidang bersama DPR-RI dan DPD-RI di Gedung MPR/DPR RI Jakarta dalam rangka HUT ke-68 Proklamasi Kemerdekaan RI. Untuk mendukung program-program prioritas tersebut, menurut Presiden, anggaran pendidikan ditingkatkan 7,5%, dari Rp. 345,3 triliun tahun ini menjadi Rp. 371,2 triliun di tahun 2014. Namun angka tersebut masih dimungkinkan mengalami perubahan, karena masih bersifat rancangan undang-undang (RUU).
Program
Prioritas
Program PMU yang secara resmi
diluncurkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh tanggal
25 Juni 2013 yang lalu, diharapkan dapat mempercepat kenaikan angka partisipasi
kasar (APK) pendidikan menengah. APK pendidikan menengah sampai tahun 2012
sebesar 78,9%. Dengan PMU, ditargetkan pada tahun 2020 APK pendidikan menengah
dapat meningkat menjadi 97%. "Apabila tanpa program PMU, angka tersebut
baru dicapai pada tahun 2040," kata Presiden pada kesempatan tersebut.
Sebagai konsekuensi logis atas
dilaksanakannya kebijakan PMU ini, Pemerintah mulai tahun pelajaran 2013/2014
mulai menyalurkan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk pendidikan menengah.
Nilai nominal BOS tersebut yaitu Rp. 1.000.000,- per siswa per tahun untuk
seluruh siswa sekolah menengah baik negeri maupun swasta. Selain itu
pembangunan unit sekolah baru (USB) dan ruang kelas baru (RKB), serta
peningkatan kualifikasi dan kompetensi para pendidik dan tenaga kependidikan
menjadi bagian tidak terpisahkan dari program PMU ini.
Selain itu implementasi Kurikulum
2013 juga mendapatkan perhatian serius di tahun depan. Tahun pelajaran
2013/2014 sekarang ini, Kurikulum 2013 telah diimplementasikan secara bertahap
dan terbatas. Terkait implementasi Kurikulum 2013 tersebut, Mendikbud hari ini
Sabtu (17/8) mengatakan bahwa penyiapan buku dan pelatihan guru menjadi hal
yang mendapat perhatian khusus. "Kurikulum 2013, dimaksudkan untuk
menyiapkan manusia Indonesia yang kreatif, inovatif dan mampu berpikir orde
tinggi," kata Mendikbud.
Satu masalah penting yang perlu mendapatkan perhatian
khusus, kata Presiden kemarin, adalah masalah kualitas guru, distribusi guru
antar satuan pendidikan dan antar wilayah yang belum merata. Di daerah-daerah
terpencil, perbatasan, dan kepulauan, masih ada guru-guru yang belum terpenuhi
kebutuhannya sesuai dengan standar pelayanan minimal. Upaya meningkatkan
kualitas pendidikan akan terus dilakukan, antara lain melalui peningkatan
kualitas guru termasuk di dalamnya sertifikasi guru.
Menanggapi peningkatan kualitas
guru tersebut, Mendikbud menjelaskan bahwa penataan sistem perguruan mutlak
perlu dilakukan. Penataan tersebut, menurut Menteri Nuh, meliputi penataan
sistem di lembaga pendidik tenaga kependidikan (LPTK), pelatihan guru, karier
guru, dan sertifikasinya.
Dalam rangka pemerataan kualitas
SDM, beberapa program afirmasi akan tetap dilanjutkan dan ditingkatkan seperti
pengiriman guru, pada daerah terpencil, terluar dan tertinggal (3T), pengiriman
pelajar asal Papua untuk melanjutkan studinya di beberapa SMA/SMK dan Perguruan
Tinggi Negeri terbaik di luar Papua.
Selain itu untuk makin memeratakan
akses pendidikan, dalam tahun 2014 penyediaan bantuan siswa miskin (BSM) dan
beasiswa Bidikmisi akan ditingkatkan. Dengan BSM dan beasiswa Bidikmisi
diharapkan anak-anak dari keluarga miskin mendapatkan kesempatan yang sama
dalam mengenyam pendidikan sampai jenjang perguruan tinggi.
BAB
III
PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
Daftar
Pustaka
http://abraham4544.wordpress.com/umum/problematika-pendidikan-di-indonesia/
0 komentar:
Posting Komentar