Sabtu, 05 Juli 2014

Permasalahan Pendidikan di INDONESIA Macro dan Micro



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pengertian masalah menurut Hudojo (1990: 32) mengemukakan bahwa masalah sebagai pernyataan kepada seseorang dimana orang tersebut tidak mempunyai aturan/hukum tertentu yang segera dapat digunakan untuk menemukan jawaban dari pertanyaan tersebut.  Sedangkan Pendidikan menurut  Ibnu Muqaffa ( 106 H- 143 H) pengarang Kitab Kalilah dan Daminah mengatakan bahwa Pendidikan itu ialah yang kita butuhkan untuk mendapatkan sesuatu yang akan menguatkan semua indera kita seperti makanan dan minuman, dengan yang lebih kita butuhkan untuk mencapai peradaban yang tinggi yang merupakan santaan akal dan rohani. Adapun yang dimaksud dengan permasalahan pendidikan adalah, permasalahan-permasalahan yang di hadapi oleh dunia pendidikan. Permasalahan pendidikan tersebut menurut Burlian Somad secara garis besar meliputi hal sebagai berikut : Adanya ketidak jelasan tujuan pendidikan, ketidak serasian kurikulum, ketiadaan tenaga pendidik yang tepat dan cakap, adanya pengukuran yang salah ukur serta terjadi kekaburan terhadap landasan tingkat-tingkat pendidikan. Dua hal ini saling berkaitan, dimana masalah pendidikan yang timbul akan mempengaruhi jalannya pendidikan itu sendiri. 
Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam. Data yang dilaporkan The World Economic Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di dunia. Dan masih menurut survai dari lembaga yang sama Indonesia hanya berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara di dunia.
Hal ini tentu saja sangat mengkhawatirkan bila pendidikan di Indonesia lama kelamaan mengalami penurunan kualitas. Seiring dengan cepatnya arus globalisasi yang terjadi, negara dituntut untuk siap masuk dalam arus ini. Globalisasi hamper mempengaruhi semua aspek kehidupan, tidak terkecuali pendidikan. Karena pendidikan merupakan salah satu faktor penting kemajuan sebuah negara. Dengan pendidikan, sebuah negara dapat menciptakan sumber daya manusia yang unggul dan memiliki kwalitas yang baik dan tidak kalah dengan negara lain. Namun dikarenakan berbagai masalah yang timbul dalam pendidikan Indonesia, maka cita cita bangsa ini seakan hanya menjadi mimpi. Masalah dalam pendidikan terbagi menjadi : Makro, Messo dan Mikro.
Berbagai macam masalah pendidikan yang ada di Indonesia antara lain : Tentang mutu pendidikan, Pemerataan Pendidikan, Kualitas tenaga pendidikan kurang kompeten, Sarana prasarana yang kurang memadai, dan lain lain. Padahal berbagai upaya telah dilakukan untuk meminimalisir terjadinya masalah pendidikan di Indonesia. Tapi sekali lagi, kurang adanya korelasi dan kerjasama yang baik dari berbagai elemen yang terkait sehingga menyulitkan proses penyelesaian masalah yang timbul. Juga banyak ditemukan tindakan tindakan criminal yang dilakukan oleh oknum oknum pendidikan sendiri. Pemerintah sebagai pemegang kekuasaan tertinggi di Indonesia harus bisa memperbaiki sistem pendidikan. Membangun hubungan yang baik dengan berbagai komponen yang ada agar bersama sama dapat membangun pendidikan Indonesia kea rah yang lebih baik. Kemudian pemerintah Indonesia memberikan hukuman yang tegas terhadap semua oknum yang dinyatakan bersalah atas masalah pendidikan yang ditimbulkannya.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa saja yang dimaksud masalah pendidikan makro dan mikro ?
2.      Apa contoh masalah pendidikan makro dan mikro yang terjadi Indonesia ?
3.      Hal apakah yang menjadi faktor timbulnya masalah pendidikan di Indonesia?
4.      Bagaimana solusi untuk mengatasi permasalah pendidikan yang timbul ?
5.      Apa program yang ditawarkan pemerintah untuk memperbaiki kualitas pendidikan Indonesia ?
C.     Tujuan
1.      Mampu mendeskripsikan pengertian masalah pendidikan makro dan mikro
2.      Mengetahui apa yang tergolong masalah pendidikan makro dan mikro di Indonesia
3.      Mengidentifikasi faktor yang menjadi penyebab timbulnya masalah pendidikan
4.      Mampu memberikan solusi tentang bpenyelesaian masalah pendidikan
5.      Mengetahui enam program prioritas pendidikan 2014 yang dijalankan oleh pemerintah.
D.    Manfaat
1.      Dengan mampu mendeskripsikan masalah pendidikan yang bersifat makro dan mikro, maka diharapkan mampu membedakan keduanya.
2.      Mengetahui masalah - masalah makro maupun mikro yang terjadi di Indonesia dengan harapan ikut berpartisipati dalam upaya penanggulangannya.
3.      Dengan mengidentifikasi faktor yang menjadi sumber permasalahan pendidikan di Indonesia, mampu menyusun sebuah kerangka pemecahan masalah maupun  solusi dari permasalahan pendidikan di Indonesia.
4.      Dengan memberikan solusi diharapkan dapat menyelesaiakan  ataupun meminimalisir timbulnya masalah pendidikan.
5.      Dengan mengetahui upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan penyelesaian masalah pendidikan diharapkan mampu mengetahui peran pemerintah dalam pendidikan.













BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Masalah Pendidikan Makro dan Mikro
1.      Permasalahan Pendidikan Makro
Merupakan permasalah pendidikan yang timbul dalam lingkup wilayah yang besar, dapat berskala nasional. Masalah yang timbul biasanya mempengaruhi penyelenggaraan pendidikan nasional.
B.     Masalah Pendidikan di Indonesia
1.      Bersifat Makro
·         Masalah Pemerataan Pendidikan
Dalam melaksanakan fungsinya sebagai wahana untuk memanjakan bangsa dan kebudayaan nasional, pendidikan nasional diharapkan dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya bagi seluruh warga Negara Indonesia untuk memperoleh pendidikan.
Masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan bagaiman sistem pendidikan dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh warga Negara untuk memperoleh pendidikan, sehingga pendidikan itu menjadi wahana bagi pembanguana sumber daya manusia untuk menunjang pembangunan.
Masalah pemerataan pendidikan timbul apabila masih banyak warga Negara khususnya anak usia sekolah yang tidak dapat di tampung dalam sistem atau lembaga pendidikan karena kurangnya fasilita pendidikan yang tersedia. Pada masa awalnya, di tanah air kita Undang-Undang No 4 tahun 1950 sebagai dasar-dasar pendidikan dan pengajaran di sekolah. Pada bab XI pasal 17 berbunyi: “Tiap-tiap warga Negara republik Indonesia mempunyai hak yang sama diterima menjadi murid suatu sekolah jika syarat-syarat yang ditetapkan untuk pendidikan dan pengajaarn pada sekolah itu dipenuhi”.
Selanjutnya dalam kaitannya dengan wajib belajar Bab VI pasal 10 ayat 1 menyatakan: ”semua anak yang berumur 6 tahun berhak dan yang sudah berumur 8 tahun diwajibkan belajar di sekolah, sedikitnya 6 tahun “ ayat 2 menyatakan: “belajar di sekolah agama yang telah mendapat pengakuan dari menteri agama yang dianggap telah memenuhi kewajiban belajar.
Landasan yuridis pemerataan pendidika tersebut penting sekali artinya, sebagai landasan pelaksanaan upaya pemerataan pendidikan guna mengejar ketinggalan kita sebagai akibat penjajahan.
Masalah pemerataan memperoleh pendidikan dipandang penting sebab jika anak-anak usia sekolah memperoleh kesempatan belajar pada SD, maka mereka memiliki bekal dasar berupa kemampuan membaca, menulis, dan berhitung sehingga mereka dapat mengikuti perkembangan kemajauan melalui berbagai media massa dan sumber belajar yang tersedia baik mereka itu nantinya berperan sebagai produsen maupun konsumen. Dengan demikian mereka tidak terbelakang dan menjadi penghambat pembangunan.
Oleh karena itu, dengan melihat tujuan yang terkandung di dalam upaya pemerataan pendidikan tersebut yaitu menyiapkan masyarakat untuk dapat berpatisipasi dalam pembangunan, maka setelah upaya pemerataan pendidikan terpenuhi, mulai diperhatikan juga upaya pemerataan mutu pendidikan. Hal ini akan dibicarakan pada butir tentang masalah mutu pendidikan.
Khusus pendidikan formal atau pendidikan persekolahan yang berjenjang dan tiap-tiap jenjang memiliki fungsinya masing-masing maupun kebijaksanaan memperoleh kesempatan pendidikan pada tiap jenjang itu diatur dengan memperhitungkan faktor-faktor kuantitatif dan kualitatif serta relevansi yang selalu ditentukan proyeksinya secara terus menerus dengan saksama.
Pada jenjang pendidikan dasar, kebijaksanaan penyediaan memperoleh kesempatan pendidikan didasarkan atas pertimbangan faktor kuantitatif, karena kepada seluruh warga Negara perlu di berikan bekal dasar yang sama. Pada jenjang pendidikan menengah dan terutama pada jenjang pendidikan yang tinggi, kebijakan pemertaan didasarkan atas pertimbangan  kualitatif dan relevansi, yaitu minat dan kemampuan anak, keperluan, tenaga kerja, dan keperluan pengembangan masyarakat, kebudayaan, ilmu, dan tekonologi. Agar tercapai   keseimbangan antara faktor minat dengan kesempatan memperoleh pendidikan, perlu diadakan penerangan yang seluas-luasnya mengenai bidang-bidang pekerjaan dan keahlian dan persyaratannya yang dibutuhkan dalam pembangunan utamanya bagi bidang-bidang yang baru dan langka.
Perkembangan upaya pemerataan pendidikan berlangsung terus menerus dari pelita ke pelita.  Didalam Undang-Undang No.2 tahun 1989 tengtang sistem pendidikan nasional III tentang hak warga Negara untuk memperoleh pendidikan, pasal 5 menyatakan: ”setiap warga Negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan”. Bahkan dalam pasal 7 mengenai hak telah di tegaskan sebagai berikut: “penerimaan seorang peserta didik dalam suatu satuan pendidikan diselenggarakan dengan tidak membedakan jenis kelamin, agama, suku, ras, kedudukan sosial, dan tingkat kemampuan ekonomi, dan dengan tetap mengindahkan kekhususan satuan pendidikan yang bersangkutan.
Perkembangan iptek menawarkan beraneka ragam alternatif model pendidikan yang dapat memperluas pelayanan kesempatan belajar. Dilihat dari segi waktu belajarnya bervariasi dari beberapa jam, hari, minggu, bulan, sampai tahunan, melalui proses tatap muka sampai pada lingkungan alam yang dapat mendung.
·         Masalah Mutu Pendidikan
Mutu pendidikan dipermasalahkan jika hasil pendidikan belum mencapai taraf seperti yang diharapkan. Penetapan mutu hasil pendidikan pertama dilakukan oleh lembaga penghasil sebagai produsen tenagan terhadap calon luaran, dengan sistem sertifikasi. Selanjutnya jika luaran tesebut terjun kelapangan kerja penilaian dilakukan oleh lembaga pemakai sebagai konsumen tenaga dengan sistem tes unjuk kerja. Lazimnya masih dilakukan pelatihan dan pemagangan bagi calon untuk penyesuaian dengan tuntutan persyaratan kerja dilapangan, dan berkarya.
Jadi mutu pendidikan pada akhirnya dilihat pada kualitas keluaranya. Jika tujuan pendidikan nasioanl dijadikan kriteria, maka pertanyaanya adalah: apakah keluaran dari sistem pendidikan menjadikan pribadi yang bertakwa, mandiri, anggota masyarakat yang sosial yang bertanggung jawab. Dengan kata lain keluaran ini mewujudkan diri sebagai manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya dan membangun lingkungannya. Kualitas luaran seperti tersebut adalah nurturant effect. Meskipun disadari bahwa hakikatnya produk dengan ciri-ciri seperti itu tidak semata-mata hasil dari sistem pendidikan itu sendiri. Yang menjadi persoalan ialah bahwa cara pengukuran mutu produk tersebut tidak mudah. Dan pada umumnya hanya dengan mengasosiasikan dengan hasil belajar yang sering dikenal dengan EBTA atau hasil sipenmaru.
Padahal hasil belajar yang bermutu hanya mungkin dicapai melalui proses belajar yang bermutu. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil belajar yang bermutu. Jika tidak terjadi belajar secara optimal akan menghasilkan skor hasil ujian yang baik maka hampir dapat dipastikan bahwa hasil belajar tersebut adalah semu. Berarti pokok permasalahan mutu pendidikan lebih terletah pada masalah pemprosesan pendidikan. Selanjutnya kelancara pemprosesan pendidikan ditunjang oleh komponen pendidikan yang terdiri dari peserta didik, tenaga kependidikan, kurikulum, sarana pembelajaran, dan juga masyarakat sekitar.
Masalah mutu pendidikan juga mencakup masalah pemerataan mutu, didalam Tap MPR RI tentang GBHN dinyatakan bahwa titik berat pembanguan pendidikan diletakkan pada peningkatan mutu setiap jenjang dan jenis pendidikan, dan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan khususnya untuk memacu untuk penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi perlu lebih disempurnakan dan ditingkatkan pengajaran ilmu pengetahuan alam dan matematika. Umumnya pendidikan di seluruh tanah air pada umumnya menunjukkan daerah pedesaan lebih rendah dari daerah perkotaa.
2.      Bersifat Mikro
·         Rendahnya kualitas guru
Guru merupakan sosok yang penting dalam pendidikan. Guru membimbing dan mendidik murid murid untuk menyiapkannya di masa depan dan menjadi  tumpuan negara. Tapi bagaimana bila sosok guru ini tidak memiliki kualitas dan kompetensi yang baik dalam mendidik. Tentu saja hal ini sangat merugikan, karena bila tenaga pengajarnya tidak memiliki kualitas yang baik maka akan mempersulit peserta didik untuk belajar dengan optimal. Padahal berbagai upaya telah dilakukan pemerintah guna meningkatkan kualitas guru Indonesia, seperti : sertifikasi, PLPG, dll. Namun kenyataannya semua program yang dijalankan pemerintah tidak serta merta berhasil menciptakan guru yang berkualitas. Misalnya :
1)      masih banyak guru yang belum bisa mengoprasikan computer
2)      belum bisa menyusun RPP dan Silabus dengan baik, dll
·         Bullying
Bullying berasal dari bahasa Inggris (bully) yang berarti menggertak atau mengganggu. Banyak definisi tentang bullying ini, terutama yang terjadi dalam konteks lain ( tempat kerja, masyrakat. komunitas virtual), namun penulis akan membatasi dalam school bullying. Riauskina, Djuwita, dan Soesetio (2001) mendefinisikan school bullying sebagai perilaku agresif kekuasaan terhadap siswa yang dilakukan berulang-ulang oleh seorang/kelompok siswa yang memiliki kekuasaan, terhadap siswa lain yang lebih lemah dengan tujuan  menyakiti orang tersebut.
Banyak sekali faktor penyebab mengapa seseorang berbuat bullying. Pada
umumnya orang melakukann bullying karena merasa tertekan, terancam,terhina,dendam dan sebagainya. Bullying disebabkan oleh korban dari keadaan lingkungan yang membentuk kepribaiannya menjadi agresif dan kurang mampu mengendalikan emosi misalnya lingkungan rumah/keluarga yang tidak harmonis yaitu sering terjadi pertengkaran antara suami istri yang dilakuakn di depan anakanak, atau sering terjadi tindak kekerasan yang dilakukan orang tua terhadap anaknya,anak yang terlalu dikekang atau serba dilarang atau anak yang diakukan permisif.
      Beberapa dampak fisik yang biasanya timbul adalah sakit kepala, sakit
tenggorokan, flu, bibir pecah-pecah dan sakit dada Dampak psikologis yaitu menurunnya kesejahteraan psikologis (psychological well-beeing). Dari penelitian Riauskima dkk mengemukakan ketika mengalami bullying korban merasakan banyak emosi negatif seperti marah, dendam, kesal, tertekan,takut, malu dan sedih).Yang paling ekstrim dari dampak psikologis ini adalah kemungkinan untuk timbulnya gangguan psikologis pada korban bullying seperti rasa cemas berlebihan, selalu merasa takut, depresi, ingin bunuh diri dan gejala-gejala gangguan stres pasca trauma (post trumatic stress disoder). Anak yang menjadi korban bullying atau tindakan kekerasan fisik, verbal ataupun psikologis di sekolah akan mengalami trauma besar dan depresi yang akhirnya bisa menyebabkan gangguan mental di masa yang akan datang.
Gejala-gejala kelainan mental yang biasanya muncul pada masa kanak-kanak
secara umum terbukti anak tumbuh menjadi orang yang pencemas, sulit berko
sentrasi, mudah gugup dan takut, hingga tak bisa bicara.
Beberapa hal yang menjadi tanda-tanda anak korban bullying :
Ø  Kesulitan dalam bergaul
Ø  Measa takut datang ke sekolah sehingga sering bolos
Ø  Ketinggalan pelajaran
Ø  Mengalam keulitan berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran
Ø  Kesehatan fisik dan mental (jangka pendek/jangka panjang) akan terpengaruh
C.     Faktor faktor yang menyebabkan masalah pendidikan
Permasalahan pokok pendidikan sebagaimana telah diutarakan diatas merupakan masalah pembangunan mikro, yaitu masalah-masalah yang berlangsung di dalam sistem pendidikan sendiri. Masalah mikro tersebut berkaitan dengan masalah makro pembangunan, yaitu masalah di luar sistem pendidikan, sehingga harus diperhitungkan dalam memecahkan masalah mikro pendidikan. Masalah makro ini meliputi masalah perkembangan internasional, masalah demografi, masalah politik, ekonomi, dan sosial budaya, serta masalah perkembangan regional. Masalah-masalah makro yang merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi berkembangnya masalah pendidikan, yaitu:
1.      Perkembangan Iptek Dan Seni
Perkembangan Iptek
Terdapat hubungan yang erat antara pendidikan dan iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi). Ilmu pengetahuan merupakan hasil eksplorasi secara sistem dan terorganisasi mengenai alam semesta , dan teknologi adalah penerapan yang direncanakan dari ilmu pengetahuan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Sebagai contoh hubungan antara pendidikan dan iptek, misalnya sering suatu teknologi baru yang digunakan suatu proses produksi menimbulkan kondisi ekonomi sosial baru lantaran perubahan persyaratan kerj, dan mungkin juga penguraian jumlahtenaga kerja atau jam kerja, kebutuhan bahan-bahan baru, sistem pelayanan baru, sampai pada berkembangnya gaya hidup baru, kondisi tersebut minimal bisa mempengaruhi perubahan isi pendidikan dan metodenya, bahkan mungkin rumusan baru tunjangan pendidikan, otomatis juga sarana sarana penunjangnya seperti sarana laboratorium dan ketenangan. Semua perubahan tersebut tentu juga membaw masalah dalam skala nasional yang tidak sedikit memakan biaya. Contoh di atas memberikan gambaran pengaruh tidak langsung iptek terhadap sistem pendidikan. Di samping pengaruh tidak langsung juga banyak pengaruh yang langsung dalam sistem pendidikan dalam bentuk berbagai macam inovasi atau pembaruan dengan aksentuasi tujuan yang bermacam-macam pula. Ada yang bertujuan untuk mengatasi kekurangan guru dan gedung sekolah seperti sistem Pamong dan SMP terbuka, pengadaan guru relatif cepat seperti dengan program diploma, perlindungan terhadap profesi guru seperti program akta mengajar. Hampir setiap inovasi mengundang masalah. Pertama, karena belum ada jaminan bahwa inovasi itu pasti membawa hasil. Kedua,  pada dasarnya orang merasa ragu dan gusar jika menghadapi hal baru. Masalahnya ialah bagaimana cara memperkenalkan suatu inovasi agar orang menerimanya. Setiap inovasi mengandung dua aspek yaitu aspek konsepsional (memuat ide, cita-cita, dan prinsip-prinsip) dan aspek struktur operasional (teknik pelaksanaannya).
Perkembangan Seni
Kesenian merupakan aktivitas berkreasi manusia, secara individual ataupun kelompok yang menghasilkan sesuatu yamg indah. Melalui kesenian manusia dapat menyalurkan dorongan berkreasi (mencipta) yang bersifat orisinil (bukan tiruan) dan dorongan spontanitas dalam menemukan keindahan. Dilihat dari segi tujuan pendidikan yaitu terbentuknya manusia seutuhnya, aktivitas kesenian mempunyai andil yang besar karena dapat mengisi pengembangan dominan afektif khususnya emosi yang positif dan konstruktif serta keterampilan disamping domain kognitif yang sudah digarap melalui program /bidang studi yang lain. Dilihat dari segi lapangan kerja, dewasa ini dunia seni dengan segenap cabangnya telah mengalami perkembangan pesat dan semakin mendapat tempat dalam kehidupan masyarakat.
2.      Laju Pertumbuhan Penduduk.
Masalah kependudukan dan kependidikan bersumber pada 2 hal, yaitu:
Pertambahan Penduduk.
Dengan bertambahnya jumlah penduduk maka penyediaan prasarana dan sarana pendidikan beserta komponen penunjang terselenggaranya pendidikan harus di tambah. Dan ini berarti beban pembangunan nasional menjadi bertambah.
Pertumbuhan penduduk yang dibarengi dengan meningkatnya usia rata-rata dan penurunan angka kematian, mengakibatkan berubahnya struktur kependudukan, yaitu proporsi penduduk usia sekolah dasar menurun, sedangkan proporsi penduduk usia sekolah lanjutan, angkatan kerja, dan penduduk usia tua meningkat berkat kemajuan bidang gizi dan kesehatan. Dengan demikian terjadi pergesaran permintaan akan fasilitas pendidikan, yaitu untuk sekolah lanjutan cenderung lebih meningkat dibanding dengan permintaan akan fasilitas sekolah dasar. Sebagai akibat lanjutan, permintaan untuk lanjutan keperguruan tinggi juga meningkat, khusus untuk penduduk usia tua yang jumlahnya meningkat perlu disediakan pendidikan non formal.
Penyebaran Penduduk
Penyebaran penduduk diseluruh pelosok tanah air tidak merata. Ada daerah yang padat penduduk, terutama di kota-kota besar dan daerah yang penduduknya jarang yaitu daerah pedalaman khususnya di daerah terpencil yangberlokasi di pegunungan dan di pulau-pulau. Sebaran penduduk seperti digambarkan itu menimbulkan kesulitan dalam penyediaan sarana pendidikan. Sebagai contoh adalah dibangunya SD kecil untuk melayani kebutuhan akan pendidikan di daerah terpencil pada pelita V, di samping SD yang reguler. Belum lagi kesulitan dalam hal penyediaan dan penempatan guru.
3.      Aspirasi Masyarakat
Dalam dua dasa warsa terakhir ini aspirasi masyarakat dalam banyak hal meningkat, khususnya  aspirasi terhadap pendidikan hidup yang sehat, aspirasi terhadap pekerjaan, kesemuanya ini mempengaruhi peningkatan aspirasi terhadap pendidikan. Pendidikan dianggap memberi jaminan bagi peningkatan taraf hidup dan pendakian ditangga sosial.  Gejala yang timbul ialah membanjirnya pelamar pada sekolah-sekolah. Arus pelajar menjadi meningkat. Di kota-kota , di samping pendidikan formal mulai bermunculan beraneka ragam pendidikan nonformal. Beberapa hal yang tidak dikehendaki antara lain ialah seleksi penerimaan siswa pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan menjadi kurang objektif, jumlah murid dan siswa perkelas melebihi yang semestinya, jumlah kelas setiap sekolah membengkak , diadakannya kesempatan belajar bergilir pagi dan sore dengan pengurangan jam belajar, kurang sarana belajar, kekurangan guru, dan seterusnya. Keterbelakangan budaya adalah istilah yang diberikan oleh sekelompok masyarakat (yang menganggap dirinya sudah maju) kepada masyarakat lain pendukung suatu budaya . bagi masyarakat pendukung budaya, kebudayaannya pasti dipandang sebagai sesuatu yang bernilai dan baik.
4.      Keterbelakangan Budaya Dan Sarana Kehidupan.
Keterbelakangan budaya adalah istilah yang diberikan oleh sekelompok masyarakat (yang menganggap dirinya sudah maju) kepada masyarakat lain pendukung suatu budaya. Bagi masyarakat pendukung budaya, kebudayaannya pasti dipandang sebagai sesuatu yang bernilai dan baik. Sesungguhnya tidak ada kebudayaan yang secara mutlak statis, apalagi mandeg, tidak mengalami perubahan. Sekurang-kurangnya bagian unsur-unsurnya yang berubah jika tidak seluruhnya secara utuh. Perubahan kebudayaan terjadi karena ada penemuan baru dari luar maupun dari dalam lingkungan masyarakat sendiri. Kebudayaan baru itu baik bersifat material seoerti peralatan-peralatan pertanian, rumah tangga, transportasi, telekomunikasi, dan yang bersifat non matreial seperti paham atau konsep baru tentang keluarga berencana, budaya menabung, penghargaan terhadap waktu, dan lain-lain. Keterbelakangan budaya terjadi karena:
a)      Letak geografis tempat tinggal suatu masyarakat (misal terpencil)
b)      Penolakan masyarakat terhadap datangnya unsur budata baru karena tidak dipahami atau karena dikhawatirkan akan merusak sendik masyarakat.
c)      Ketidakmampuan masyarakat secara ekonomis menyangkut unsur kebudayaan tersebut.
Sehubungan dengan faktor penyebab terjadinya keterbelakangan budaya umumnya dialami oleh:
a)      Masyarakat daerah terpencil.
b)      Masyarakat yang tidak mampu secara ekonomis.
c)      Masyarakat yang kurang terdidik.
Yang menjadi masalah ialah bahwa kelompok masyarakat yang terbelakang budayanya tidak ikut berperan serta dalam pembangunanmsebab mereka kurang memiliki dorongan untuk maju. Jadi inti permasalahannya ialah menyadarkan mereka akan ketertinggalannya, dan bagaimana cara menyediakan sarana kehidupan, dan bagaimana sistem pendidikan dapat melibatkan mereka. Jika sistem pendidikan dapat menggapai masyarakat terbelakang kebudayaanya berarti melibatkan mereka untuk berperan serta dalam pembangunan. 
D.    Solusi untuk menangani masalah pendidikan di Indonesia
1.      Solusi Masalah Pemerataan Pendidikan
Banyak macam  pemecahan masalah yang telah dan sedang dilakukan oleh pemerintah untuk  meningkatkan pendidikan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, langkah-langkah ditempuh melalui cara konvesional dan cara inovatif.
Cara konvesional antara lain:
a)      Membangun gedung sekolah seperti SD inpres dan atau ruangan belajar.
b)      Menggunakan gedung sekolah untuk double shift (sistem bergantian pagi dan sore).
Sehubungan dengan itu yang perlu digalakkan, utamanya untuk pendidikan dasar ialah membangkitkan kemauan belajar bagi masyarakat yang kurang mampu agar mau menyekolahkan anaknya.
Cara Inovatif antara lain:
Sistem pamong (pendidikan oleh masyarakat, orang tua, dan guru) atau inpact sistem, sistem tersebut dirintis di solo dan didiseminasikan ke beberapa provinsi.
a)      SD kecil pada daerah terpencil
b)      Sistem guru kunjung
c)      SMP terbuka
d)     Kejar paket A dan b
e)      Belajar jarak jauh, seperti di universitas terbuka.

2.      Solusi Masalah Mutu
Meskipun untuk tiap-tiap jenis dan jenjang pendidikan masing-masing memiliki kekhususan, namun pada dasarnya pemecahan masalah mutu pendidikan bersasaran pada perbaikkan kualitas komponen pendidikan serta mobilitas komponen-komponen tersebut. Upaya tersebut pada gilirannya diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses pendidikan dan pengalaman belajar peserta didik, dan menghasilkan hasil pendidikan.
Upaya pemecahan masalah masalah mutu pendidikan dalam garis besarnya meliputi hal-hal yang bersifat sebagai fisik dan lunak, personalia, dan manajemen. Sebagai berikut:
a)      Seleksi yang lebih rasional terhadap masukan mentah, khususnay untuk Slta dan PT.
b)      Pengembanagn kemanpuan tenaga kependidikan melalui studi lanjut.
c)      Penyempurnaaan kurikulum
d)     Pengembanagan prasarana yang menciptakan lingkungan yang tenteram untuk belajar
e)      Penyempurnaan sarana belajar seperti buku paket, media pembelajaran
f)       Peningkatan adminisrasi manajemen khususnya yang mengenai anggaran
g)      Kegiatan pengendalian mutu.
h)      Sosialisasi tentang pentingnya pendidikan
i)       Peran serta aktif masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan

3. Solusi masalah rendahnya kualitas guru
Untuk mengatasi masalah kesejahteraan guru dan kualitasnya, di samping diberi solusi peningkatan kesejahteraan, juga diberi solusi dengan membiayai guru melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan memberikan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru.
Untuk meningkatkan kesejahteraan guru pemerintah telah menetapkan Permen Diknas No 18 tahun 2007 tentang Sertifikasi guru dalam jaban dilaksanakan melalui Uji Kompetensi untuk memperoleh srtifikat pendidik melalui penilaian Portofolio yang terdiri dari 10 komponen , mereka yng telah lulus maka akan diberi tunjangan sebesar gaji pokok yang diterimanya.
Pemerintah sangat memperhatikan di bidang pendidikan sehingga tiap tahun Anggaran Pendidikan selalu naik demi tercapainya Tujuan Pendidikan Nasional yaitu : Menciptakan peserta didik yang beriman , bertaqwa, berakhlaqul karimah, cerdas , terampil  dan mandiri dengan ditunjang bidang sarana dan sarana pendidikan.
Bagi guru yang tidak bisa menikmati uang gajinya karena minus , maka perlu diadakan pembinaan secara langsung tatap muka dan diberi arahan – arahan untuk mensejahterakan kehidupannya. Selaku Kepala Sekolah perlu memberikan masukan – masukan untuk dijadikan bahan dalam hidupnya , kalau masih memungkinkan bisa diberi rujukan untuk meminjam ke pihak lain seperti Ke Bank, Koperasi tetapi juga harus dipertimbangkan dan memperhatikan sisa gaji yang diterimanya Jika gajinya tidak memungkinkan maka harus berusaha untuk menjual sebagian harta bendanya untuk menutupi utang utang ke pihak lain dan untuk penanaman modal usaha agar bisa berwiraswasta.
4. Bullying
                        Pencegahan agar anak tidak menjadi pelaku bullying, Clara menghimbau para orang tua untuk mengembangkan kecerdasan emosional anak sejak dini. Ajarkan anak untuk memliki rasa empati, menghargai orang lain, dan menyadarkan sang anak bahwa dirinya adalah mahluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Menurut Ratna mendesak pemerintah agar memiliki program yang tegas, jelas dan terarah, kalau kita diam saja, maka itu sama saja dengan melegalkan tradisi dendam di sekolah tersebut. Dan merupakan bahaya laten yang akan kerap menghantui para siswa sekolah, baik pada generasi ini, dan pada generasi mendatang.

Untuk mengatasi dan mencegah masalah bullying diperlukan kebijakan yang bersifat menyeluruh di sekolah, sebuah kebijakan yang melibatkan komponen dari guru sampai siswa, dari kepala sekolah sampai orang tua murid , kerja sama antara guru,orang tua dan masyarakat atau pihak lain yang terkait seperti kepolisian, aparat hukum dan sebagainya. sangat diperlukan dalam menangani masalah ini. Peran orang tua di rumah harus mampu menciptakan komunikasi yang baik dengan anak-anak dan membekali anak dengan pemahaman agama yang cukup dan menanamkan ahlakul karimah yang selalu dilaksanakan di lingkungan rumah, karena anak akan selalu meniru perilaku orangtua. Pemberian teladan kepada anak akan lebih baik dari memberi nasihat. Salah satu cara yang bisa dilakukan oleh sekolah ialah membuat sebuah program anti bullying di sekolah. Meurut Huneck yang juga ahli intervensi bullying yang bekerja di Jakarta International School bullying akan terus terjadi di sekolah-sekolah, apabila orang dewasa tidak dapat membina hubungan saling pecaya dengan siswa, tidak menyadari tingkah laku yang masuk tindakan bullying, tidak menyadari luka yang disebabkan oleh bullying, tidak menyadari dampak bullying yang merusak kegiatan belajar siswa, serta tida ada campur tangan secara efektif dari sekolah.

Adapun kegunaan dari program serta kegiatan anti bully di sekolah antara lain:
Ø  Menanamkan pengertian bahwa rasa aman adalah hak dan milik semua orang
Ø  Menyadarkan semua orang di sekolah bahwa tindakan bullying dalam bentuk apapun tidak dapat ditolelir
Ø  Membekali siswa untuk membuat keputusan
Ø  Membantu siswa membentuk lingkaran orang yang mereka percayai

Kegiatan yang bisa dilakukan selama program ini antara lain;
1). Brainstorming dan diskusi
2). Kegiatan menggunakan lembar kerja
3). Membaca buku cerita yang berhubungan dengan bullying
4). Membuat gambar, kolase, poster mengenai pencegahan bullying
5). Bermain drama
6). Berbagi cerita dengan orang tua di rumah
7). Menulis puisi
8). Menyanyikan lagu antu bullying dengan lyrik yang sudah di rubah dari lagu populer
9). Bermain teater boneka

Beberapa tips untuk mencegah terjadinya bullying, yaitu :
1). Berikan mereka alternatif komunitas yang mengakuinya Pada dasarnya setiap manusia membutuhkan pengakuan atas keberadaan dirinya, terlebih pada usia remaja yang sedang dalam masa transisi dan krisis identitas, para remaja lebih senang berkumpul dengan teman-teman sebaya yang menurutnya lebih bisa menerima dan senasib dan sepnanggungan. Oleh karena itu kewajiban kita untuk memberikan alternatif komunitas yang positif dan tetap memenuhi kriteria penerimaan identitas para remaja, misalnya buat perkumplan pecinta alam atau wira usaha yang sesuai dengan keiginannya. Membuat kelompok band, atau kelompok keenian dan sebagainya.
2). Putus mata rantai pelaku dan budaya bullying Biasanya budaya bullying diwariskandengan sistem kaderisasi yang kuat, motivasi senioritas adalah faktor yang terkuatnya. Untuk menghindari gejala tersebut sebaiknya bimbinglah para remaja dengan cara mengadakan kegiatan bersama antara generasi tersebut maupun alumninya dan buatlah suatu ikatan supaya terbentuk jalinan. Persaudaraan yang akan melahirkan kesadaran bahwa senior harus membimbing dan para junior harus menghormati seniornya.
3). Ajarkan cara mengantisipasi kekerasan bukan melakukannya Latihan bela diri misalnya merupakan salah satu alternatif pembentukan mental spiritual dan jasmani yang kuat ,
4). Tingkatkan kepedulian lingkungan sosial untuk mencegah praktek bullying Sudah waktunya masyarakat ikut peduli dan melakukan pencegahan atas praktek bullying yang terjadi di lingkungannya
5). Dukung gerakan diet siaran televise Batasi anak-anak dan remaja menonton televisi, karena  kompensinya setidaknya disediakan fasilitas untuk olah raga, kesenian, membaca dan sebagainya.
           
E.     Enam Program Prioritas Pendidikan 2014
Indonesia memprioritaskan enam program utama di tahun 2014 pada sektor pendidikan, dalam rangka mengakselerasi pembangunan sumber daya manusia (SDM), sekaligus memanfaatkan bonus demografi dan momentum 100 tahun Indonesia merdeka. Keenam program tersebut yaitu Pendidikan Menengah Universal (PMU), Kurikulum 2013, peningkatan kualitas guru, rehabilitasi dan sarana prasarana, afirmasi daerah 3T, serta Bantuan Siswa Miskin (BSM) dan Bidikmisi.
Hal tersebut disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Jumat (16/8) kemarin di depan sidang bersama DPR-RI dan DPD-RI di Gedung MPR/DPR RI Jakarta dalam rangka HUT ke-68 Proklamasi Kemerdekaan RI. Untuk mendukung program-program prioritas tersebut, menurut Presiden, anggaran pendidikan ditingkatkan 7,5%, dari Rp. 345,3 triliun tahun ini menjadi Rp. 371,2 triliun di tahun 2014. Namun angka tersebut masih dimungkinkan mengalami perubahan, karena masih bersifat rancangan undang-undang (RUU).
Program Prioritas
Program PMU yang secara resmi diluncurkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh tanggal 25 Juni 2013 yang lalu, diharapkan dapat mempercepat kenaikan angka partisipasi kasar (APK) pendidikan menengah. APK pendidikan menengah sampai tahun 2012 sebesar 78,9%. Dengan PMU, ditargetkan pada tahun 2020 APK pendidikan menengah dapat meningkat menjadi 97%. "Apabila tanpa program PMU, angka tersebut baru dicapai pada tahun 2040," kata Presiden pada kesempatan tersebut.
Sebagai konsekuensi logis atas dilaksanakannya kebijakan PMU ini, Pemerintah mulai tahun pelajaran 2013/2014 mulai menyalurkan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk pendidikan menengah. Nilai nominal BOS tersebut yaitu Rp. 1.000.000,- per siswa per tahun untuk seluruh siswa sekolah menengah baik negeri maupun swasta. Selain itu pembangunan unit sekolah baru (USB) dan ruang kelas baru (RKB), serta peningkatan kualifikasi dan kompetensi para pendidik dan tenaga kependidikan menjadi bagian tidak terpisahkan dari program PMU ini.
Selain itu implementasi Kurikulum 2013 juga mendapatkan perhatian serius di tahun depan. Tahun pelajaran 2013/2014 sekarang ini, Kurikulum 2013 telah diimplementasikan secara bertahap dan terbatas. Terkait implementasi Kurikulum 2013 tersebut, Mendikbud hari ini Sabtu (17/8) mengatakan bahwa penyiapan buku dan pelatihan guru menjadi hal yang mendapat perhatian khusus. "Kurikulum 2013, dimaksudkan untuk menyiapkan manusia Indonesia yang kreatif, inovatif dan mampu berpikir orde tinggi," kata Mendikbud.
Satu masalah penting yang perlu mendapatkan perhatian khusus, kata Presiden kemarin, adalah masalah kualitas guru, distribusi guru antar satuan pendidikan dan antar wilayah yang belum merata. Di daerah-daerah terpencil, perbatasan, dan kepulauan, masih ada guru-guru yang belum terpenuhi kebutuhannya sesuai dengan standar pelayanan minimal. Upaya meningkatkan kualitas pendidikan akan terus dilakukan, antara lain melalui peningkatan kualitas guru termasuk di dalamnya sertifikasi guru.
Menanggapi peningkatan kualitas guru tersebut, Mendikbud menjelaskan bahwa penataan sistem perguruan mutlak perlu dilakukan. Penataan tersebut, menurut Menteri Nuh, meliputi penataan sistem di lembaga pendidik tenaga kependidikan (LPTK), pelatihan guru, karier guru, dan sertifikasinya.
Dalam rangka pemerataan kualitas SDM, beberapa program afirmasi akan tetap dilanjutkan dan ditingkatkan seperti pengiriman guru, pada daerah terpencil, terluar dan tertinggal (3T), pengiriman pelajar asal Papua untuk melanjutkan studinya di beberapa SMA/SMK dan Perguruan Tinggi Negeri terbaik di luar Papua.
Selain itu untuk makin memeratakan akses pendidikan, dalam tahun 2014 penyediaan bantuan siswa miskin (BSM) dan beasiswa Bidikmisi akan ditingkatkan. Dengan BSM dan beasiswa Bidikmisi diharapkan anak-anak dari keluarga miskin mendapatkan kesempatan yang sama dalam mengenyam pendidikan sampai jenjang perguruan tinggi. 














BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
B.     Saran

















Daftar Pustaka
http://abraham4544.wordpress.com/umum/problematika-pendidikan-di-indonesia/

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.