Jumat, 04 Juli 2014

MENDONGENG ISLAMI

TUGAS MENDONGENG ISLAMI
            Seminar “Mendongeng Islami” diadakan sabtu pada tanggal 31 mei 2014 bertempat di hal Fakultas Ekonomi dan Bisnis diadakan seminar mendongeng Islami ini dengan pembicara Wuntat wawan sembodo untuk memberikan tips-tips dan cara bagaimana mendidik Guru dan Siswa agar menjadi guru dan siswa super dengan cara mendongeng. Acara ini berlangsung seru dan menyenangkan. Pak Wuntat sebagai narasumber memberikan ilmu-imunya dengan cara yang berbeda dari yang lain, beliau bercerita dengan nada dan gerakan yang pas dengan ceritanya. Cara mengajarkan mendidik anak dengan cara mendongeng merupakan hal yang sangat menarik untuk ditiru. Mendongeng sendiri merupakan cara yang sangat efektif untuk mendidik anak karena anak-anak sangat suka bila diberi cerita apalagi bercerita dengan cara mendongeng yang memasukkan unsure nada-nada yang baik, penggunaan tanda baca yang tepat akan memberikan efek dongeng yang sangat indah dan menarik untuk di dengarkan anak. Bapak Wuntat merupakan orang yang sangat pandai dalam mendongeng dia sangat lihai dan mempunyai berbagai variasi suara yang unik yang menjadikan dongeng itu menarik perhatian dan para mahasiswa memperhatikan saat seminar tersebut. Acara yang diadakan HMP PGSD ini sangat bagus untukdilaksanakan karna dapat mendidik calon guru sekolah dasar agar nantinya dapat menjadi guru yang baik dan professional dalam mengajar.Saya sendiri sebagai peserta dalam seminar ini sangat senang bias hadir dalam acara ini karna menambah ilmu dan pengalaman, semogadi kemudian hari masih ada acara seperti ini lagi.


Berikut merupakan pembahasan yang dibahas saat seminar:
PEGERTIAN DAN FUGSI CERITA
Bila sebuah cerita disajikan dan dibawakan secara baik, penuh rasa dan teknik yang bagus, maka akan membangun sebuah perasaan yang tenang, santai, hangat, nyaman dan sangat pribadi. Kedudukan cerita dalam dunia pendidikan ini mempunyai manfaat dan fungsi yang luar biasa dalam membangun karakter kepribadian anak didik. Fungsi cerita sendiri merupakan:
1.    Sarana kontak batin antara pendidik dan peserta didik.
Yang mempunyai dampak positif seperti:
a.       Seorang pendidik atau guru akan didengar dan diperhatikan oleh peserta didik.
b.      Pendidik akan disayangi oleh peserta didik dan akan mereka akan merasa lebih dekat.
c.       Kata-kata atau perkataan seorang pendidik akan dditeladani, dipercaya serta nasehat dan tingkah laku pendidik diteladani oleh peserta didik.
2.    Pendidikan imajinasi atau fantasi.
Pada masa anak-anak berimajinasi dan berimajinasi adalah sebuah proses kejiwaan yang sangat p;enting bagi perkembangan intelektual dan kreativitas anak. Untuk merangsang imajinasi dan memperkaya fantasi anak, kita dapat melakukannya secara efektif dengan cerita, salah satu caranya dengan mengoptimalkan unsure gerak baik bersifat umum (tangan dan kepala) maupun gerak khusus (gerakan yang menggambarkan seperti: naik kuda, lari, dsb).
3.    Pendidikan emosi (perasaan) anak didik.
Melalui cerita atau bercerita, emosi anak dapat kita latih dengan diajak mengarungi berbagai perasaan manusia. Dengan bercerita secara ekspresif  anak didik diajak untuk merasakan kesedihan, kegemberiaan, kemalangan, keberuntungan, keceriaan dsb. Beberapa ahli menyimpulkan bahwa bercerita dengan ekspesif merupakan salah satu kunci keberhasilan. Dapat disimpulkan bahwa lebih baik bercerita secara ekspresif dan penuh penghayatan meskipun tidak lancar, daripada bercerita lancar tetapi tidak ekspresif dan membosankan. Hal ini dapat diibaratkan seperti sayur tanpa garam. Sehingga teknik ekspresif ini sangat penting dalam bercerita, misalnya: sedih, senang, senyum, marah dll.
4.    Membantu proses identifikasi diri atau perbuatan.
Melalui cerita anak-anak akan mudah memahami sifat-sifat, figure-figur dan perbuatan-perbuatan mana yang baik dan yang tidak baik. Dengan melalui cerita kita dapat memperkenalkan akhlak dan figure  seseorang yang baik dan pantas diteladani, demikian pula sebaliknya. Bercerita dapat berperan dalam membentuk watak dan karakter anak. Dalam hal ini teknik yang perlu ditonjolkan adalah teknik dramatisasi. Pendidik perlu menggambarkan perbedaan perilaku antara tokoh antagonis (jahat) dan tokoh protagonist (baik). Pada adegan yang perlu diadakannya penekanan, tonjolkan secara maksimal.
5.    Media penyampaian pesan atau nilai-nilai agama.
Dalam akhir sebuah cerita adalah pesan-pesan moral atau agama yang dapat dipetik. Menyampaikan nilai-nilai moral dan agama melalui sebuah cerita biasanya akan lebih didengarkan anak daripada nasehat secara murni. Karena anak lebih senang mendengarkan cerita, maka secara otomatis pesan-pesan moral dan agama yang disisipkan akan lebih didengarkan anak dengan senang hati pula.
6.    Sebagai sarana hiburan dan pencegah kejenuhan.
Di tengah kepenatan anak didk, pasti mereka membutuhkan hiburan untuk mengendurkan urat syarafnya agar kembali segar. Dengan cerita atau bercerita akan sangat menghibur mereka, bahkan bisa dimanfaatkan untuk menarik kembali anak-anak yang mulai tidak aktif

KLASIFIKASI CERITA
Sebelum  pendidik atau guru bercerita, terlebih dahulu harus memilih atau menentukan terlebih dahulu jenis cerita apa yang cocok dan sesuai dengan objek yang ditangni. Pemilihan jenis cerita antara lain ditentukan oleh:
1.      Tingat usia pendengar.
2.      Jumlah pendengar.
3.      Tingkat heterogen pendengar (prosentase pendengar dominan yang apa? anak-anak, remaja atau dewasa).
4.      tujuan penyampaian materi.
5.      suasana acara.
6.      situasi dan kondisi pendengar.
Adapun pengelkompokan cerita ini ditinjau dari beberapa sudut pandang, yang secara sederhana dapat dibedakan sebagai berikut:
1.      Berdasdarkan Pelakunya:
a.       Fabel (dunia binatang dan tumbuhan).
b.      Dunia manusia.
c.       Dunia benda mati.
d.      Campuran atau kombinasi.
2.      Berdasarkan Kejadiaannya:
a.       Cerita bersejarah.
b.      Cerita fiksa (rekaan).
c.       Cerita fiksi sejarah.
3.      Berdassarkan sifat dan waktu penyajiannya:
a.       Cerita bersambung.
Cerita dengan took yang sama dalam sebuah rangkaian cerita yang panjang, tetapi dikisahkan dalam beberapa kali kesempatan
b.      Cerita serial.
Cerita dengan tokoh yang sama, tetapi tiap episode kisahnya dituntaskan.

c.       Cerita sisipan.
Cerita yang pendek dan tidak ada hubungannya dengan materi yang disampaikan pada kesempatan itu juga
d.      Cerita ilustrasi.
Carita yang disampaikan untuk memperkuat suatu materi yang akan diampaikan saat itu juga
e.       Cerita lepas.
Cerita yang tokoh dan alur cerita yang lepas, langsung dituturkam dalam sekali pertemuan.
4.      Berdasarkan jumlah pendengar:
a.       Cerita privat
1)      Cerita pengantar tidur.
2)      Cerita lingkaran pribadi (kelompok sangat kecil).
b.      Cerita kelas
1)      Kelas kecil (s.d 20 anak).
2)      Kelas besar (20-40 anak).
5.      Berdasarkan teknik penyajiannya.
a.       Direct story (cerita langsung atau tanpa naskah).
b.      story reading (membaca cerita).
6.      Berdasarkan pemanfaatan peraga.
a.       Bercerita dengan alat peraga.
b.      Bercerita tanpa alat peraga.
TEKNIK MENYIAPKAN CERITA
            Pemilihan jenis cerita sangat berpengaruh pada teknik penyajiannya. Karena setiap cerita mempunyai gaya, teknik dan pendekatan yang berbeda-beda. Oleh karenanya pemahaman yang mendalam tentang jenis dan karakter pendengar juga sangat dibutuhkan. Untuk mencapai keberhasilan dalam bercerita, ada dua faktor pokok yang harus diperhatikan oleh setap pendidik yang akan bercerita, yaitu:
1.      Naskah, skenario atau synopsis (kerangka cerita):
a.       Dari sumber cerita yang telah ada.
1)      Sumber bisa didapat dari buku cerita, komik, majalah dsb.
2)      Mengubah naskah dari bahasa tulis ke bahasa lisan (percakapan).
3)      Penyesuaian atau modifikasi alur, setting dan bumbu cerita.
4)      Melatih naskah baru berulang-ulang dalam penyajian yang sebenarnya.
b.      Mengarang cerita sendiri.
Untuk mempermudah menemukan ide dasar dan alur cerita, ada beberapa hal yang dapat membantu, antara lain:
1)      Pilih setting awal. Baik setting tempat, waktu maupun suasana.
2)      Tentukan tokoh utama dan tokoh antagonis.
3)      Munculkan konflik. Ada empat macam konflik:
Ø  Person agains self (dari diri sendiri).
Ø  Person against person (diri sendiri dengan orang lain).
Ø  Person against society (diri sendiri dengan masyarakat).
Ø  Person against nature (diri sendiri dengan alam).
4)      Klimaks (puncak masalah).
5)      Penyelesaian.
2.      Teknik penyajian
Jika faktor naskah sudah terselesaikan maka faktor  kedua yang akan menentukan keberhasilan atau tidaknya seseorang dalam bercerita adalah faktor teknik penyajian yang sempurna atau baik, maka akan risak. Dan juga harus dikombinasikan secara proporsional. Unsure-unsurnya iadalah sbb:
a.       Total.
Bersungguh-sungguh dengan mengerahkan segala kemampuan kita termasuk dalam pengertian totalitas yaitu ketulusan dan keikhlasan kita.


b.      Satukan perhatian anak.
Ada beberapa cara, misalnya: diajak bermain, tepuk tangan, menyanyi, atau tanya jawab sekilas, lalu buat kesepakatan dengan anak-anak, misalnya: waktu mendengarkan cerita tidak boleh ramai dengan temannya dsb.
c.       Detail.
Gambar secara terperinci cerita yang disampaikan, diantaranya: personifikasi tokoh-tokohnya, adegan-adegannya, dialog antar tokoh dsb.
d.      Dramatisasi.
Menggambarkan perbedaan perilaku antar tokoh antagonis secara tajam. Dramatisasi sangat dibutuhkan dalam adegan yang memang perlu penekanan, dan ditonjolkan secara maksimal.
e.       Eksprtesif.
Dalam bercerita pendidik harus pwnuh pwnghayatan. Cerita yang tidak ekspresif akan terasa hamba, monoton dan membosankan. Oleh karena itu, perlu memanfaatkan sebuah anggota tubuh kita terutama mimik muka, tangan dan bahu, misalnya: melirik, melotot, menyeramkan, tertawa dsb.
f.       Ilustrasi suasana.
Memberi ilustrasi cerita dapat dengan adanya tambahan suara-suara khusus mempunyai efek yang bagus bagi cerita. Ada dua macam yaitu:
1)   Suara lazim: suara yang ditirukan sebagaimana aslinya, misalnya: meong…(suara kucing), guk guk…(suara anjing), dor…(suara tembakan atau balon meletus).
2)   Sauar tak lazim: suara yang diciptakan sendiri, misalnya: towing towing…(suara melompat), wussh…(suara angin) dsb.
g.      Superence dan humor.
Cerita yang menegangkan dan kaya akan humor  biasanya lebih disukai anak-anak karena lebih menarik dan menyenangkan. Efek tegang bisa dibangun dengan memunculkan adegan-adegan penuh kejutan, suasana sunyi dsb, sedangkan efek humor bisa dibangun melalui dialog-dialog maupun gerakan yang lucu.
h.      Friendship.
Dalam bercerita ciptakan suasana akrab dan bersahabat dengan anak atau peserta didik. Hal ini bisa diusahakan dengan penagturan tempat duduk, memberi kesempatan pada peserta didik untk berkomentar, Tanya jawab dsb.
i.        Perhatikan situasi dan kondisi pendengar.
Peserta didik yang tampaknya sudah cukup penat dan jenuh, sebaiknya cukup diberi cerita ringan yang penuh canda. Cerita serius yang sarat akan pesan sebaiknya diberikan pada anak-anak dalam kondisi yag segar.
j.        Happy ending.

Akhir cerita dimana tokoh utama mengalami kebahagiaan. Cerita yang berakhir dengan kesedihan dan kekalahan tokoh utama, akan menjadikan anak-anak kecewa. 

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.