TUGAS MENDONGENG ISLAMI
Seminar “Mendongeng Islami” diadakan
sabtu pada tanggal 31 mei 2014 bertempat di hal Fakultas Ekonomi dan Bisnis
diadakan seminar mendongeng Islami ini dengan pembicara Wuntat wawan sembodo
untuk memberikan tips-tips dan cara bagaimana mendidik Guru dan Siswa agar
menjadi guru dan siswa super dengan cara mendongeng. Acara ini berlangsung seru
dan menyenangkan. Pak Wuntat sebagai narasumber memberikan ilmu-imunya dengan
cara yang berbeda dari yang lain, beliau bercerita dengan nada dan gerakan yang
pas dengan ceritanya. Cara mengajarkan mendidik anak dengan cara mendongeng
merupakan hal yang sangat menarik untuk ditiru. Mendongeng sendiri merupakan
cara yang sangat efektif untuk mendidik anak karena anak-anak sangat suka bila
diberi cerita apalagi bercerita dengan cara mendongeng yang memasukkan unsure
nada-nada yang baik, penggunaan tanda baca yang tepat akan memberikan efek
dongeng yang sangat indah dan menarik untuk di dengarkan anak. Bapak Wuntat
merupakan orang yang sangat pandai dalam mendongeng dia sangat lihai dan
mempunyai berbagai variasi suara yang unik yang menjadikan dongeng itu menarik
perhatian dan para mahasiswa memperhatikan saat seminar tersebut. Acara yang
diadakan HMP PGSD ini sangat bagus untukdilaksanakan karna dapat mendidik calon
guru sekolah dasar agar nantinya dapat menjadi guru yang baik dan professional
dalam mengajar.Saya sendiri sebagai peserta dalam seminar ini sangat senang
bias hadir dalam acara ini karna menambah ilmu dan pengalaman, semogadi
kemudian hari masih ada acara seperti ini lagi.
Berikut merupakan pembahasan yang dibahas saat seminar:
PEGERTIAN DAN FUGSI
CERITA
Bila sebuah cerita disajikan dan dibawakan secara
baik, penuh rasa dan teknik yang bagus, maka akan membangun sebuah perasaan
yang tenang, santai, hangat, nyaman dan sangat pribadi. Kedudukan cerita dalam
dunia pendidikan ini mempunyai manfaat dan fungsi yang luar biasa dalam
membangun karakter kepribadian anak didik. Fungsi cerita sendiri merupakan:
1. Sarana kontak batin antara pendidik dan
peserta didik.
Yang
mempunyai dampak positif seperti:
a. Seorang pendidik atau guru akan didengar
dan diperhatikan oleh peserta didik.
b. Pendidik akan disayangi oleh peserta
didik dan akan mereka akan merasa lebih dekat.
c. Kata-kata atau perkataan seorang
pendidik akan dditeladani, dipercaya serta nasehat dan tingkah laku pendidik
diteladani oleh peserta didik.
2. Pendidikan imajinasi atau fantasi.
Pada
masa anak-anak berimajinasi dan berimajinasi adalah sebuah proses kejiwaan yang
sangat p;enting bagi perkembangan intelektual dan kreativitas anak. Untuk
merangsang imajinasi dan memperkaya fantasi anak, kita dapat melakukannya
secara efektif dengan cerita, salah satu caranya dengan mengoptimalkan unsure
gerak baik bersifat umum (tangan dan kepala) maupun gerak khusus (gerakan yang
menggambarkan seperti: naik kuda, lari, dsb).
3. Pendidikan emosi (perasaan) anak didik.
Melalui
cerita atau bercerita, emosi anak dapat kita latih dengan diajak mengarungi
berbagai perasaan manusia. Dengan bercerita secara ekspresif anak didik diajak untuk merasakan kesedihan,
kegemberiaan, kemalangan, keberuntungan, keceriaan dsb. Beberapa ahli
menyimpulkan bahwa bercerita dengan ekspesif merupakan salah satu kunci
keberhasilan. Dapat disimpulkan bahwa lebih baik bercerita secara ekspresif dan
penuh penghayatan meskipun tidak lancar, daripada bercerita lancar tetapi tidak
ekspresif dan membosankan. Hal ini dapat diibaratkan seperti sayur tanpa garam.
Sehingga teknik ekspresif ini sangat penting dalam bercerita, misalnya: sedih,
senang, senyum, marah dll.
4. Membantu proses identifikasi diri atau
perbuatan.
Melalui
cerita anak-anak akan mudah memahami sifat-sifat, figure-figur dan
perbuatan-perbuatan mana yang baik dan yang tidak baik. Dengan melalui cerita
kita dapat memperkenalkan akhlak dan figure
seseorang yang baik dan pantas diteladani, demikian pula sebaliknya.
Bercerita dapat berperan dalam membentuk watak dan karakter anak. Dalam hal ini
teknik yang perlu ditonjolkan adalah teknik dramatisasi. Pendidik perlu
menggambarkan perbedaan perilaku antara tokoh antagonis (jahat) dan tokoh
protagonist (baik). Pada adegan yang perlu diadakannya penekanan, tonjolkan
secara maksimal.
5. Media penyampaian pesan atau nilai-nilai
agama.
Dalam
akhir sebuah cerita adalah pesan-pesan moral atau agama yang dapat dipetik.
Menyampaikan nilai-nilai moral dan agama melalui sebuah cerita biasanya akan
lebih didengarkan anak daripada nasehat secara murni. Karena anak lebih senang
mendengarkan cerita, maka secara otomatis pesan-pesan moral dan agama yang
disisipkan akan lebih didengarkan anak dengan senang hati pula.
6. Sebagai sarana hiburan dan pencegah
kejenuhan.
Di
tengah kepenatan anak didk, pasti mereka membutuhkan hiburan untuk mengendurkan
urat syarafnya agar kembali segar. Dengan cerita atau bercerita akan sangat
menghibur mereka, bahkan bisa dimanfaatkan untuk menarik kembali anak-anak yang
mulai tidak aktif
KLASIFIKASI CERITA
Sebelum
pendidik atau guru bercerita, terlebih dahulu harus memilih atau
menentukan terlebih dahulu jenis cerita apa yang cocok dan sesuai dengan objek
yang ditangni. Pemilihan jenis cerita antara lain ditentukan oleh:
1. Tingat usia pendengar.
2. Jumlah pendengar.
3. Tingkat heterogen pendengar (prosentase
pendengar dominan yang apa? anak-anak, remaja atau dewasa).
4. tujuan penyampaian materi.
5. suasana acara.
6. situasi dan kondisi pendengar.
Adapun pengelkompokan cerita ini ditinjau dari
beberapa sudut pandang, yang secara sederhana dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Berdasdarkan Pelakunya:
a. Fabel (dunia binatang dan tumbuhan).
b. Dunia manusia.
c. Dunia benda mati.
d. Campuran atau kombinasi.
2. Berdasarkan Kejadiaannya:
a. Cerita bersejarah.
b. Cerita fiksa (rekaan).
c. Cerita fiksi sejarah.
3. Berdassarkan sifat dan waktu
penyajiannya:
a. Cerita bersambung.
Cerita
dengan took yang sama dalam sebuah rangkaian cerita yang panjang, tetapi
dikisahkan dalam beberapa kali kesempatan
b. Cerita serial.
Cerita
dengan tokoh yang sama, tetapi tiap episode kisahnya dituntaskan.
c. Cerita sisipan.
Cerita
yang pendek dan tidak ada hubungannya dengan materi yang disampaikan pada
kesempatan itu juga
d. Cerita ilustrasi.
Carita
yang disampaikan untuk memperkuat suatu materi yang akan diampaikan saat itu
juga
e. Cerita lepas.
Cerita
yang tokoh dan alur cerita yang lepas, langsung dituturkam dalam sekali
pertemuan.
4. Berdasarkan jumlah pendengar:
a. Cerita privat
1) Cerita pengantar tidur.
2) Cerita lingkaran pribadi (kelompok
sangat kecil).
b. Cerita kelas
1) Kelas kecil (s.d 20 anak).
2) Kelas besar (20-40 anak).
5. Berdasarkan teknik penyajiannya.
a. Direct
story (cerita langsung atau tanpa naskah).
b. story
reading (membaca cerita).
6. Berdasarkan pemanfaatan peraga.
a. Bercerita dengan alat peraga.
b. Bercerita tanpa alat peraga.
TEKNIK MENYIAPKAN
CERITA
Pemilihan jenis cerita
sangat berpengaruh pada teknik penyajiannya. Karena setiap cerita mempunyai
gaya, teknik dan pendekatan yang berbeda-beda. Oleh karenanya pemahaman yang
mendalam tentang jenis dan karakter pendengar juga sangat dibutuhkan. Untuk
mencapai keberhasilan dalam bercerita, ada dua faktor pokok yang harus
diperhatikan oleh setap pendidik yang akan bercerita, yaitu:
1. Naskah, skenario atau synopsis (kerangka
cerita):
a. Dari sumber cerita yang telah ada.
1) Sumber bisa didapat dari buku cerita,
komik, majalah dsb.
2) Mengubah naskah dari bahasa tulis ke
bahasa lisan (percakapan).
3) Penyesuaian atau modifikasi alur,
setting dan bumbu cerita.
4) Melatih naskah baru berulang-ulang dalam
penyajian yang sebenarnya.
b. Mengarang cerita sendiri.
Untuk
mempermudah menemukan ide dasar dan alur cerita, ada beberapa hal yang dapat
membantu, antara lain:
1) Pilih setting awal. Baik setting tempat,
waktu maupun suasana.
2) Tentukan tokoh utama dan tokoh
antagonis.
3) Munculkan konflik. Ada empat macam
konflik:
Ø Person
agains self (dari diri sendiri).
Ø Person
against person (diri sendiri dengan orang lain).
Ø Person
against society (diri sendiri dengan masyarakat).
Ø Person
against nature (diri sendiri dengan alam).
4) Klimaks (puncak masalah).
5) Penyelesaian.
2. Teknik penyajian
Jika faktor naskah sudah terselesaikan
maka faktor kedua yang akan menentukan
keberhasilan atau tidaknya seseorang dalam bercerita adalah faktor teknik
penyajian yang sempurna atau baik, maka akan risak. Dan juga harus
dikombinasikan secara proporsional. Unsure-unsurnya iadalah sbb:
a. Total.
Bersungguh-sungguh
dengan mengerahkan segala kemampuan kita termasuk dalam pengertian totalitas
yaitu ketulusan dan keikhlasan kita.
b. Satukan
perhatian anak.
Ada
beberapa cara, misalnya: diajak bermain, tepuk tangan, menyanyi, atau tanya
jawab sekilas, lalu buat kesepakatan dengan anak-anak, misalnya: waktu
mendengarkan cerita tidak boleh ramai dengan temannya dsb.
c. Detail.
Gambar
secara terperinci cerita yang disampaikan, diantaranya: personifikasi
tokoh-tokohnya, adegan-adegannya, dialog antar tokoh dsb.
d. Dramatisasi.
Menggambarkan
perbedaan perilaku antar tokoh antagonis secara tajam. Dramatisasi sangat
dibutuhkan dalam adegan yang memang perlu penekanan, dan ditonjolkan secara
maksimal.
e. Eksprtesif.
Dalam
bercerita pendidik harus pwnuh pwnghayatan. Cerita yang tidak ekspresif akan
terasa hamba, monoton dan membosankan. Oleh karena itu, perlu memanfaatkan
sebuah anggota tubuh kita terutama mimik muka, tangan dan bahu, misalnya:
melirik, melotot, menyeramkan, tertawa dsb.
f. Ilustrasi
suasana.
Memberi
ilustrasi cerita dapat dengan adanya tambahan suara-suara khusus mempunyai efek
yang bagus bagi cerita. Ada dua macam yaitu:
1) Suara lazim: suara yang ditirukan
sebagaimana aslinya, misalnya: meong…(suara kucing), guk guk…(suara anjing),
dor…(suara tembakan atau balon meletus).
2) Sauar tak lazim: suara yang diciptakan
sendiri, misalnya: towing towing…(suara melompat), wussh…(suara angin) dsb.
g. Superence
dan humor.
Cerita
yang menegangkan dan kaya akan humor
biasanya lebih disukai anak-anak karena lebih menarik dan menyenangkan.
Efek tegang bisa dibangun dengan memunculkan adegan-adegan penuh kejutan,
suasana sunyi dsb, sedangkan efek humor bisa dibangun melalui dialog-dialog
maupun gerakan yang lucu.
h. Friendship.
Dalam
bercerita ciptakan suasana akrab dan bersahabat dengan anak atau peserta didik.
Hal ini bisa diusahakan dengan penagturan tempat duduk, memberi kesempatan pada
peserta didik untk berkomentar, Tanya jawab dsb.
i.
Perhatikan situasi dan kondisi pendengar.
Peserta
didik yang tampaknya sudah cukup penat dan jenuh, sebaiknya cukup diberi cerita
ringan yang penuh canda. Cerita serius yang sarat akan pesan sebaiknya
diberikan pada anak-anak dalam kondisi yag segar.
j.
Happy ending.
Akhir
cerita dimana tokoh utama mengalami kebahagiaan. Cerita yang berakhir dengan
kesedihan dan kekalahan tokoh utama, akan menjadikan anak-anak kecewa.
0 komentar:
Posting Komentar