MAKALAH
APRESIASI SENI KARAWITAN TRADISIONAL DAN MODERN TANGGAL 11
DAN 16 APRIL 2014
DI INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA
Disusun guna
memenuhi tugas mata kuliah Karawitan
Dosen pengampu : WALUYO
SASTRO
Disusun oleh:
Riesdam Mahdi M (A510120190)
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM
STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
APRESIASI SENI KARAWITAN TRADISIONAL DAN MODERN TANGGAL 11
DAN 16 APRIL 2014
DI INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA
Pagelaran atau
pertunjukan Konser Musik Karawitan yang di adakan di Institut Seni Indonesia (ISI)
Surakarta mengundang decak kagum ketika kami semua dari Fakultas PGSD UMS
melihat pentunjukan tersebut. Dalam rangka ujian akhir untuk menempuh gelar
Sarjana Seni mahasiswa ISI Surakarta jum’at tanggal 11 April 2014 merupakan
hari kedua dari pertunjukan karawitan yang di pertunjukan di ISI Surakarta
dimana pertunjukan tersebut disajikan oleh 11 pengrawit seperti Dini, Yoko,
Dewi, Lia, Puji, Danang, Maryatun, Deni, Warih, Bayu, Suwuh. Pertunjukan
dimulai sekitar pukul 20.00-22.00 WIB. Para mahasiswa ISI tersebut menyajikan
berbagai gending dan komposisi gaya baru, suasana ketika gending disajikan
sangat tenang dan khidmat serta lampu hanya difokuskan pada mahasiswa yang
melakukan pementasan yang akan dinilai oleh para juri.
Pengertian
gending secara sederhana adalah instrumentalia, berarti lagu yang diungkapkan
oleh nada-nada waditra (alat-alat). Menurut Rd Machyar, pengertian gending
adalah “Gending rinengga suara anu di wangun ku sora-sora tetabeuhan” yang
artinya gending ialah aneka suara yang didukung oleh suara-suara tetabuhan.
Para pengunjung pagelaran ini
kebanyakan dari Mahasiswa PGSD UMS yang diwajibkan untuk mengapresiasikan
pertunjukkan tersebut sebagai nilai tugas mata kuliah Pendidikan Apresiasi Seni
Karawitan. Selain dari mahasiswa UMS juga ada Mahasiswa ISI dan masyarakat umum
yang turut menyaksikan pertunjukkan tersebut. Lagu winengku sastra menjadi
konsep penyajian pada apresiasi gending tersebut. Lagu winengku sastra berarti
lagunya sangat dibatasi oleh sastra atau kejelasan sastranya/cakepannya lebih
diutamakan daripada keindahan lagunya.
Pada tanggal 11 April 2014 di gedung
teater ISI, Mahasiswa ISI yang mengikuti ujian akhir akan menampilkan
pengrawit. Penampilan pertama dimulai oleh pengrawit Dini Haryanti, Tri Haryoko
menampilkan gending karawitan laras slendro pathet enem Sartono Tatakan gending
ini merupakan gending pathelan. Penampilan yang pertama ini susunan gamelannya
disesuaikan dengan bentuk panggung dimana dibagian tengah terdapat 5 orang
sinden yang membawakan lagu dan disamping. Diawal sajian gending dibuka oleh
rebab yang berfungsi sebagai pamurba lagu Para pemain gamelan menabuh gamelan
dengan tempo yang kadang cepat dan kadang lambat. serta dibagian belakang para
sinden ada 4 orang barong (penyanyi laki-laki).
Penampilan kedua disajikan oleh
pengrawit Liliawati NIM 117, Danang Ari Prabowo NIM 109 memegang ricikan rebab,
Warih NIM 123 memegang ricikan gender menampilkan gending topeng wayang. Dalam
pertunjukkan tersebut, penyaji akan menyajikan gending pakeliran garap topeng
keratenan dengan gending karawitan gending kethuk kaleh kerep kedah ladrang
sekar resah laras slendro pathet nem dan ada pendukung tarinya yang terdiri
dari dua tatakan, ban dan ratu. Dalam sajian tersebut ada seseorang yang
seperti dalang dan memukul alat seperti pada wayang. Para penari menyajikan
sebuah cerita yang diiringi oleh suara gamelan lan sinden.
Penampilan
ketiga disajikan oleh pengrawit Dewi NIM 107 sebagai vokal sinden, Deni Rahma
Setiawan NIM 116 memegang ricikan rebab, Tri Bayu Santoso NIM 105 memegang
ricikan kendang, Suwuh NIM 108 memegang ricikan gender, menampilakan gending
klenengan dimana susunan gamelannya seperti penampilan sebelumnya tetapi hanya
ada 1 sinden dan di damping oleh 4 penggerong yang berada di sebelah kiri
sinden. Penampilan yang ketiga merupakan penampilan yang terakhir dan yang
lebih lama dari penampilan sebelumnya.
(Dokumentasi Penampilan ketiga)
Sedangkan pada
16 April 2014 di gedung pertunjukkan yang sama, mahasiswa ISI menampilkan
komposisi gaya baru dengan konsep penyajian sastra winengku lagu yang berarti
sastranya sangat dibatasi oleh lagunya atau keindahan lagu lebih diutamakan
daripada kejelasan sastranya. Dalam pertunjukan yang terakhir ini menampilkan
suatu karya seni baru dalam karawitan yang disebut karawitan modern dengan
menggunakan beberapa perangkat gamelan jawa seperti gender, rebab, gong,
kenong, slentem, dan lain sebagainya namun tidak selengkap gamelan jawa
aslinya. Pertunjukan dimulai pukul 20.00 WIB. Dalam pertunjukan tanggal 16
April ini menampilkan sebuah karya dari para komposer seperti komposer Eka,
Arna, Imam, Jasno, Kukuh, Riyadi, Setyo, Udin, Toni, Catur, Suryo.
Penampilan yang
pertama adalah seorang komposer bernama Arna Saputra atau lebih dikenal dengan
Arna, lahir di Wonogiri 19 Februari 1991. Komposer Arna menampilkan komposisi
karawitan modern berjudul “Kluthekan” yang menceritakan tentang kejadian di
sebuah warung makan yang menimbulkan suara yang bermacam-macam. Alat musik yang
digunakan seperti botol bekas yang disusun menurut tinggi rendahnya lagu serta
bunyi dari aktivitas yang dilakukan oleh orang-orang yang berada di warung,
serta diiringi sebuah nyanyian kluthak….kluthik… .
Penampilan yang
kedua adalah seorang komposer bernama Jasno, lahir di Boyolali 24 April 1986.
Komposer Jasno menampilkan komposisi karawitan modern berjudul “Trenyuh” dimana
ada sebuah perasaan ketika melihat keluarga kurang mampu dan merasa iba karenanya.
Alat musik yang digunakan seperti kenong, tabuhan kendhi, kempul, pralon
panjang yang di isi pasir, gitar kecil, dan rebab.
Penampil yang ketiga adalah Kukuh
menampilkan sajian dengan judul “Rondho”. Sajian tersebut menggunakan alat
musik tradisional seperti seruling, kendhang, bonang, kempyang yang dibunyikan
dengan tempo cepat lambat. Sajian disajikan berupa lagu dan music dan terjadi
pengulangan irama. Pada saat sajian akan berakhir, suara musik mulai mengecil.
Penampilan yang keempat adalah Suryo
dengan judul “Ngedhablu” yang menceritakan tentang bicara yang tidak ada
janjinya. Sajian tersebut menggunakan alat musik tradisional seperti bonang,
gong, balungan dan seruling yang dibunyikan dengan tempo cepat, sedang dan
lambat.
Penampilan
kelima adalah Toni dengan judul sajian “Kasmaran”. Penyaji menggunakan alat
musik gabungan yaitu tradisional dan modern. Alat music tradisionalnya yaitu:
kendhang, gong, bonang, kempyang, sedangkan alat music modern yang digunakan
adalah biola dan gitar. Tempo dalam sajian tersebut cepat merendah kemudian
cepat lagi yang ditampilkan berupa lagu.
Penampilan yang terakhir adalah Udin
yang berjudul “Lewat Belakang”. Sajian ini menggunakan modern musical.
Pembukaan dalam modern musical dengan pencahayaan korek api yang dinyalakan dan
dimatikan secara bergantian dan seseorang yang mendorong drum sambil bernyanyi.
Sumber bunyi sajian ini berasal dari tong, wajan yang sedang menggoreng,
gerindra yag juga mengeluarkan cahaya, sedangkan alat tradisional yang
digunakan yaitu: rebab, gong, balungan, kecapi, bonang dan ditabuh dengan tempo
cepat lambat.
A
Setelah melihat pertunjukkan pada
pengrawit dan komposisi gaya baru, dapat disimpulkan bahwa pada pengrawit
menampilkan beberapa gendhing dengan gamelan tradisional yang temponya cepat
lambat dan penabuh gamelan menggunakan pakaian kebaya dan beskap. Sedangkan
pada komposisi baru menggunakan beberapa gamelan, alat music modern, gelas dan
botol yang dipukul bahkan suara wajan
yang sedang menggoreng.
0 komentar:
Posting Komentar